Seniman Dunia Ikut Kampanyekan Ekositem Leuser

oleh -754 views

BASAJAN.NET, Meulaboh- Upaya mempertahankan ekositem Leuser dari kehancuran terus digalakkan. Baru-baru ini, pegiat lingkungan Aceh, bersama organisasi seluruh dunia, telah meluncurkan gerakan kampanye global untuk melindungi ekosistem Leuser, lanskap hutan hujan tropis di pulau Sumatera.

Gerakan Global yang disebut “Love the Leuser Ecosystem” ini, telah menarik perhatian dunia pada  Ekosistem Leuser sebagai pusat keanekaragaman hayati.

Koordinator Love the Leuser Ecosystem Aceh, Leoni Rahmawati dalam siaran persnya mengatakan Leuser saat ini terus berada di bawah ancaman aktifitas industri dan perusahaan yang ingin mengambil keuntungan singkat.

“Kampanye bersama Love The Leuser ini berencana untuk membuat Ekosistem Leuser menjadi terkenal dan mendunia, hingga perusahaan tidak memiliki pilihan lain selain menghindari produknya agar tidak tekait dengan aktifitas perusakan yang terjadi di kawasan Ekosistem Leuser,” ungkapnya, Rabu 29 Maret 2017.

Leoni menjelaskan, gerakan ini telah bermitra dengan seniman grafis internasional, Asher Jay, LSM lokal dan internasional, fotografer peraih penghargaan dunia Paul Hilton, serta aktor dan aktivis Leonardo DiCaprio, untuk membawa perhatian internasional pada Ekosistem Leuser, suatu wilayah di tepi utara Sumatra, Indonesia agar lebih dikenal dunia.

“Serangkaian karya visual untuk merayakan nilai-nilai luar biasa dari Ekosistem Leuser ikut dirilis bersama dengan kampanye ini,” sebutnya.

Karya grafis pertama yang dirilis 29 Maret 2017, akan menekankan pada pentingnya Ekosistem Leuser bagi jutaan rakyat di Aceh, Sumatra. Grafis kedua dirilis 5 April 2017, akan menekankan pada keharusan untuk melindungi Ekosisistem Leuser demi kekayaan keanekaragaman spesies yang terdapat di kawasan tersebut. Grafis ketiga dirilis 12 Mei 2017, akan berfokus pada kaitan Ekosistem Leuser terhadap iklim global.

“Love The Leuser Ecosystem merupakan gerakan global yang berusaha untuk mengangkat profil tempat luar biasa ini dalam imajinasi internasional, agar dikenal oleh semua. Bergerak bersama meletakkan kawasan unik ini agar dapat dikenali dan dicintai oleh orang-orang seluruh dunia,” ujarnya.

Menurutnya, gerakan tersebut melahirkan satu kesepahaman bersama bahwa, sudah waktunya untuk Ekosistem Leuser mendapatkan pengakuan layak yang penting sebagai prioritas konservasi global.

Ia melanjutkan, 2,6 juta hektar hutan hujan yang membentang di Ekosistem Leuser menjadi salah satu yang terluas dan tersisa di Asia Tenggara. Sekaligus menjadi tempat terakhir di dunia di mana orang utan, gajah, harimau dan badak, hidup bersama di alam bebas.

“Para ilmuwan satwa liar telah memperingatkan, bahwa empat jenis satwa yang kini terancam akan punah selamanya jika hutan yang tersisa di Ekosistem Leuser ini hancur,” katanya.

Leuser merupakan ekosistem bersejarah yang dikenal oleh ilmu pengetahuan telah mengalami ribuan tahun evolusi tak terputus, hingga menghasilkan salah satu konsentrasi keanekaragaman hayati tertinggi.

Ekosistem ini kaya flora dan fauna, termasuk setidaknya 105 jenis mamalia, 386 jenis burung, 95 jenis reptil dan amfibi dan 8.500 spesies tanaman. Banyak diantaranya seperti Thomas Leaf Monkey, atau dikenal sebagai ‘Monyet Kedih,’ merupakan spesies endemik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.

Ekosistem Leuser membentang diantara dua provinsi di Sumatra yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Meskipun sekitar sepertiga dari wilayah Ekosistem Leuser ditunjuk sebagai Taman Nasional Gunung Leuser telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, namun sebetulnya masih banyak wilayah Ekosistem Leuser dengan tingkat keanekaragaman hayati hutan hujan dataran rendah dan lahan gambut yang paling kaya berada di luar batas-batas taman nasional.

“Jutaan orang yang tinggal diwilayah tersebut tergantung pada sungai-sungai bersih yang berasal dari Ekosistem Leuser untuk air minum, melindungi dari banjir dan irigasi bagi mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar hidup dari pertanian,” paparnya.

Ia menambakan, sebuah gerakan konservasi lokal juga tengah berkembang dengan memasukkan upaya politik, ilmiah dan hukum yang kuat bagi warga yang tinggal di wilayah ini. Usaha tersebut dilakukan dengan memberikan advokasi untuk perlindungan dan strategi pertumbuhan hijau untuk pembangunan.

Ekosistem Leuser muncul dalam film dokumenter Leonardo DiCaprio yang berjudul Before the Flood, sebagai daerah yang berfungsi penting untuk melindungi keseimbangan iklim dunia. Film ini kemudian menjadi film dokumenter yang paling banyak ditonton dalam sejarah.

Selain dijuluki sebagai ‘ibukota orangutan dunia’, Ekosistem Leuser juga merupakan rumah bagi tiga rawa gambut utama yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan karbon paling kaya di bumi. Hutan-hutan rawa gambut yang basah menangkap sejumlah besar karbon dari atmosfer kita dan menyimpannya dengan aman di bawah tanah.

“Sayangnya, meskipun ilegal, banyak lahan gambut ini dikeringkan dan dibakar untuk dijadikan industri perkebunan kelapa sawit,” sesalnya.[]

 

EDITOR: JUNAIDI MULIENG

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.