Pementasan Sidalupa saat itu masih terbatas di wilayah Woyla, Bubon dan Samatiga. Tahun 1960-an, Sidalupa masih menggunakan kostum yang dikreasikan dari daun pisang kering (Oen Keureusong). Untuk bagian wajah, juga masih menggunakan bahan yang tersedia di alam, yaitu jantung pisang yang dibuatkan lubang untuk hidung, mata dan mulut. Terlihat seperti memakai topeng.

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.