Macron Lukai Umat Islam

oleh -531 views
Macron Lukai Umat Islam
Massa di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat membakar karikatur Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam aksi Gerakan Umat Pembela Rasulullah, Jumat, 6 November 2020. Aksi itu sebagai bentuk kecaman bagi Macron atas pernyataannya yang menghina Nabi Muhammad. (BASAJAN.NET/TEUKU HAMDAN).

Bila ada 1000 mujahid akulah 1 di antaranya. Bila ada 100 mujahid akulah 1 di antaranya. Bila ada 10 mujahid akulah 1 di antaranya. Bila ada seorang mujahid akulah yang menggenggamnya.

Penggalan lirik lagu nasyid Maidany itu terdengar lantang di antara ratusan pengunjuk rasa. “Ini adalah seruan bagi umat muslim,” teriak Zulherda.

Ia adalah Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Kabupaten Aceh Barat. Hari itu, ia mengenakan baju PDH putih dan celana krem. Zulherda mengajak seluruh umat muslim di dunia, khususnya masyarakat Aceh Barat, untuk menjadikan aksi bela Rasulullah sebagai momentum umat muslim bersatu.

“Kala hati kita tidak marah dan tergugah untuk berontak saat Rasulullah saw dilecehkan, maka ada yang salah dengan ghirah (semangat) Islam kita. Patut dipertanyakan keimanan kita sebagai muslim,” ujar mahasiswa Teknik Sipil Universitas Teuku Umar itu.

Jumat, 6 November 2020, ratusan masa gabungan dari empat puluh organisasi kemasyarakatan, pemuda dan mahasiswa yang ada di Aceh Barat berkumpul di depan Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh. Mereka adalah peserta aksi Gerakan Umat Pembela Rasulullah yang menentang tindakan Persiden Prancis, Emmanuel Macron.

“Kami tidak takut mati untuk membela Rasulullah,” teriak Edi, peserta aksi lainnya. Ia adalah Ketua Forum Masyarakat Aceh Barat.

Usai salat Jumat, peserta aksi mulai berorasi di atas panggung yang terletak di depan gerbang sisi timur Masjid Agung Baitul Makmur. Cuaca yang awalnya mendung, berubah cerah.

Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Jumiadi mengutuk keras tindakan Persiden Prancis, Emmanuel Macron yang telah menghina Nabi Muhammad. Hal senada juga disampaikan Ketua FPI Nagan Raya dan Aceh Jaya. Mereka mengajak seluruh umat Islam untuk menghimpun kekuatan dan bersatu melawan kebathilan.

Setelah berorasi di depan Masjid Agung, massa bergerak ke Kantor Bupati dan gedung DPRK Aceh Barat. Sepanjang jalan, mereka tak henti-hentinya meneriakkan takbir dan shalawat. Aksi dengan penerapan protokol kesehatan Covid-19 itu, turut dikawal pihak kepolisian. Ambulance juga disiagakan.

Ketika massa mulai memasuki pekarangan kantor Bupati Aceh Barat, dari kejauhan seorang laki-laki paruh baya dengan jubah dan peci putih, serta memakai kacamata, sudah siap menyambut peserta aksi. Ia ditemani beberapa stafnya.

“Tindakan Macron melukai umat muslim. Ini adalah aksi membela kehormatan umat Islam, khususnya Rasulullah saw,” tegas orang nomor satu Aceh Barat itu. Sore itu, ia juga turut membakar semangat massa.

Ramli MS menyampaikan kekecewaannya terhadap tindakan Macron, yang berbicara terkait separatisme Islam dan mendukung majalah Charlie Hebdo menerbitkan kartun Nabi Muhammad saw sebagai salah satu bentuk kebebasan berekspresi.

Ramli mengatakan, akan mengirimkan surat kepada Presiden RI untuk menyurati Presiden Perancis, agar meminta maaf kepada umat islam secara resmi di media.

“Sebelum Macron minta maaf, maka kita semua stop membeli produk-produk perancis,” serunya kepada seluruh peserta aksi.

Usai mendengar pernyataan Bupati Aceh Barat, massa bergerak ke gadung Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten (DPRK) Aceh Barat, dengan berjalan kaki. Teriakan takbir dan shalawat terus menggema. Selain bendera, massa juga membawa poster karikatur Macron yang digambarkan seperti setan, dengan wajah merah dan telinga runcing.

Di depan gedung DPRK Aceh Barat, para orator kembali beraksi. Mereka mengecam tindakan Macron dan menyeru untuk memboikot semua produk Perancis.

Dari kejauhan, seorang laki-laki muda yang kerap disapa Teungku Syawal itu, sedang memastikan aksi berjalan aman. Syawal adalah koordinator lapangan aksi sore itu. Ia mengenakan baju krem, celana coklat dan peci hitam. Sorban motif kotak-kotak dikalungkan di lehernya.

Syawal mengatakan, tujuan aksi itu untuk meminta Bupati dan DPRK Aceh Barat, agar menyurati presiden dan DPR RI agar menuntut Presiden Perancis untuk meminta maaf kepada seluruh umat muslim di dunia.

Aksi itu, juga meminta Gubernur Aceh dan seluruh Bupati/Walikota agar mengeluarkan seruan kepada warga untuk memboikot produk Prancis.

“Ini harus benar-benar dijalankan, karena hal ini menyangkut izzah (harga diri) ummat Islam,” tegasnya.

Selain itu, pihaknya juga meminta agar pemerintah Indonesia dan Pemerintah Aceh, memutuskan hubungan diplomatik atau kerjasama dengan Negara Perancis.

“Kita menolak adanya kerjasama, bahkan kerjasama yang sudah ada harus segera dihentikan,” kata Syawal menekankan.

Selain berorasi, massa juga membakar dan menginjak-injak poster karikatur Macron sebagai bentuk kemarahan.

Saat Asar tiba, peserta aksi mengumandangkan azan dan salat berjamaah di halaman gedung DPRK Aceh Barat. Sebagian membawa sajadah dan sebagian yang lain beralaskan koran. Aksi berlangsung damai dan diakhiri dengan doa bersama.[]

 

 

WARTAWAN: PUTRI AGUS SILVIA

EDITOR: JUNAIDI MULEING

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.