BASAJAN.NET, Meulaboh — Pagi itu, halaman Masjid Al-Ikhlas di Gampong Ranto Panyang Timur tampak lebih hidup dari biasanya. Puluhan mahasiswa Sosiologi Universitas Teuku Umar (UTU) sibuk membersihkan ambal, menyapu halaman, dan menyiapkan mesin penyedot debu.
Bukan hanya gotong royong, mereka datang untuk menghidupkan kembali fungsi sosial masjid sebagai ruang yang dulu menjadi pusat peradaban dan kebersamaan warga.
Dengan tema “Optimalisasi Masjid sebagai Pusat Peradaban dan Kohesi Sosial”, para mahasiswa mengubah kegiatan praktikum menjadi aksi sosial nyata.
Kegiatan yang digelar pada Ahad, 5 Oktober 2025, di Masjid Al-Ikhlas Komplek ADB 1 Gampong Ranto Panyang Timur, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, diisi dengan gotong royong, penyuluhan sosial, serta penyerahan bantuan mesin penyedot debu dan perlengkapan kebersihan kepada pengurus masjid.
Ketua panitia, Muhammad Al Fatana mengatakan, kegiatan ini muncul dari keinginan mahasiswa untuk membawa ilmu yang mereka pelajari di kampus ke tengah masyarakat.
“Kami ingin pembelajaran tidak berhenti di ruang kelas. Masjid menjadi tempat terbaik untuk belajar tentang empati, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial,” ujarnya.
Bagi Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk (FISIP) UTU, Akmal Saputra, kegiatan ini melatih kepekaan sosial mahasiswa. Kegiatan seperti ini, membantu mereka memahami teori sosial dengan cara yang lebih hidup dan realitas masyarakat.
Baca juga: Prodi Sosiologi UTU Perkuat Literasi Digital Mahasiswa
Menumbuhkan Ruang Kesadaran Sosial
Sementara itu, dosen pengampu mata kuliah Agama, Samwil mengatakan, kegiatan tersebut sebagai penerapan nyata materi kuliah tentang peran masjid dalam kehidupan sosial umat.
Menurutnya, masjid sejatinya bukan hanya ruang sujud, tapi ruang kesadaran sosial tempat manusia membangun kembali martabat dan arah peradabannya.
Ia menambahkan, dari masjidlah masyarakat seharusnya menemukan energi kolektif untuk memperkuat solidaritas dan meneguhkan kohesi sosial di tengah kemajemukan. Pandangan ini, menjadi dasar filosofis pelaksanaan kegiatan mahasiswa Sosiologi UTU di Meureubo.
Samwil menilai, sinergi antara nalar akademik dan tindakan sosial yang ditunjukkan mahasiswa menjadi contoh kecil dari peradaban yang sedang tumbuh di tengah masyarakat.
“Inilah bukti bahwa ilmu bisa hidup dan berdampak di ruang-ruang sosial,” katanya.
Sekitar 50 mahasiswa terlibat dalam kegiatan itu. Kehadiran mereka disambut hangat oleh warga sekitar. Firman, pengurus Masjid Al-Ikhlas mengaku terharu melihat semangat para mahasiswa.
“Kami sangat terbantu. Kegiatan seperti ini menghidupkan lagi semangat gotong royong dan memberi energi baru bagi jamaah,” ujarnya.[]
=============
EDITOR: JUNAIDI MULIENG








