BASAJAN.NET, Banda Aceh– Aceh memiliki modal awal yang besar dalam mengembangkan prestasi olahraga. Modal itu adalah semangat tinggi dan jiwa pantang menyerah. Demikian disampaikan Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al Haytar, Senin, 26 Oktober 2020.
Hal itu dikatakan Malik Mahmud saat kunjungan Tim Sepakbola PON Aceh di Meuligoe Wali Nanggroe. Kedatangan tim yang dipimpin Ketua Harian KONI Aceh Kamaruddin Abu Bakar tersebut, untuk melaporkan perkembangan prestasi cabang sepakbola Aceh.
“Mereka ini (Tim Sepakbola) adalah peraih medali emas pada Porwil Bengkul tahun 2019. Sekarang di bawah binaan KONI Aceh dalam program Pemusatan latihan,” kata Kamaruddin Abu Bakar yang akrab disapa Abu Razak.
Menanggapi hal tersebut, Malik Mahmud menyatakan rasa bangga dan haru atas prestasi yang diraih Tim Sepakbola Aceh pada Porwil Sumatera tahun lalu. Hal itu tak terlepas dari semangat dan kekompakan yang dibangun di Tim Sepakbola Aceh.
“Kita sudah berhasil menjadi raja di Sumatera, bukan hal mustahil jika kita juga akan menjadi raja se-Indonesia,” kata Malik.
Ia mengingatkan, semangat perjuangan para indatu dalam mengusir penjajah harus dimiliki oleh setiap atlet Aceh dan diterapkan saat latihan dan pertandingan. Menurutnya, Aceh tidak pernah kalah karena memiliki semangat juang, taktik, dan IQ yang tinggi.
“Anda semua adalah cucu-cucu dari indatu para pejuang Aceh di masa lalu. Saya yakin, semangat yang sama ada pada diri Anda semua. Dalam sepakbola, selalu ingat akan kebesaran semangat bangsa Aceh,” pesannya penuh semangat.
Lebih lanjut Malik Mahmud menambahkan, medali emas di tempat matahari terbit (Papua) harus dibawa pulang ke tempat matahari tenggelam (Aceh).
“Apakah siap? tanya Malik, yang diikuti sahutan serentak Tim Sepakbola Aceh “Siap!”.
Malik mengingatkan kepada seluruh tim, baik pemain dan pelatih untuk menjaga kesehatan dan seluruh anggota tubuh agar tetap prima.
Pengurus KONI Aceh Zahirsyah Oemardai menyampaikan, prestasi tertinggi sepakbola Aceh terakhir kali dicapai saat PON XIII tahun 1993, di Jakarta. Saat itu Aceh masuk ke babak final, namun akhirnya kalah dari Papua. Selain itu, Sepakbola Aceh juga absen di ajang PON selama satu dasawarsa, sebelum kembali merebut tiket pada Porwil tahun 2019 di Bengkulu.
Pada kesempatan tersebut, Pelatih Tim Sepakbola PON Aceh, Muhklis, memperkenalkan satu persatu nama, asal daerah dan posisi dari 25 pemain yang tergabung dalam tim. Semuanya adalah pemain lokal, yang paling muda kelahiran tahun 2000, dan paling tua kelahiran tahun 1997.
“Tahun depan, akan bergabung juga pelatih nasional asal Aceh, Fachri Husaini,” sebut Muhklis.[]
EDITOR: JUNAIDI MULIENG