Banda Aceh- Ampelsa, jurnalis foto Kantor Berita Antara, mendapat perlakuan kasar dari panitia Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (Pioner) VIII di Univeristas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda, Rabu, 26 April 2017.
Ampelsa mengatakan, dia sempat ditarik oleh panitia keamanan dari Resimen Mahasiswa (Menwa) dan ada seorang dosen yang juga menjabat wakil dekan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
“Menwa tarik saya dari belakang, dosen dakwah itu menarik saya dari depan. Jadi sempat tarik-tarikan. Saya sempat dipegang di kerah baju, ya saya tepis,” kata Ampelsa, sebagaimana dikutip Portalsatu.com.
Ampelsa menjelaskan, kajadian itu berawal ketika pembukaan Pionir memasuki tahapan persembahan tarian massal. Dia bersama beberapa wartaean lain, mencoba mengabadikan tarian tersebut dari atas panggung, setelah mendapat izin dari panitia. Namun, tiba-tiba pihak panitia melarang, meskipun di atas tangga.
“Kata petugas panitia, boleh, setelah itu turun. Ternyata tidak, disuruh turun semua, nggak boleh. Jadi saya mencoba naik hanya dua anak tangga, karena tinggi panggungnya. Itu juga tidak boleh. Jadi di garis putih tadi disuruh mundur ke belakang akhirnya,” cerita Ampelsa.
Puncak kejadian, saat pemberian cinderamata dari Rektor UIN Ar-Raniry Prof Farid Wajdi Ibrahim kepada Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim, yang pada saat itu hadir membuka acara. Ampelsa bersama jurnalis lainnya yang ingin mengabadikan momen tersebut, kembali dilarang mendekat dan dihalangi pihak panitia.
“Itu wartawan tidak boleh masuk, rencana mau mendekat mengabadikan visual penyerahan cenderamata dari Rektor UIN kepada menteri, dilarang. Tapi ada salah satu media diperbolehkan, nah itu TVRI,” ungkapnya.
Melihat wartawan TVRI diperbolehkan masuk oleh panitia, Ampelsa beserta para jurnalis lainnya kemudian protes, tapi tidak direspon.
“Kalau memang dilarang ya dilarang semua, kenapa TVRI boleh masuk? Itu sudah kami protes sama panitia. Ternyata protes kita tidak direspon,” kata Ampelsa.
Perlakuan tak adil itu tak menyurutkan keinginan para wartawan untuk mengabadikan momen penting dalam kegiatan tersebut. Ampelsa bersama wartawan lainnya tetap ngotot. Menwa yang melihat, langsung mengejar untuk menghalangi.
“Terutama dosen dakwah itu. Jadi saya yang ditariknya dan yang mendapat perlakuan yang kasar,” cetusnya.
Ampelsa sangat menyayangkan sikap pihak panitia yang bertindak arogan dan tidak memberi keleluasaan kepada wartawan untuk meliput berita serta objek gambar. Padahal para wartawan diundang untuk meliput acara pembukaan tersebut.[] Sumber: Portalsatu.com
Editor: Junaidi Mulieng