Mahasiswa Aceh Dilatih Pengelolaan Ekosistem Gambut

oleh -290 views
Sejumlah mahasiswa di Aceh dilatih pengelolaan ekosistem gambut, Sabtu 5 Maret 2022. (BASAJAN.NET/ISTIMEWA)

BASAJAN.NET, Banda Aceh- Sejumlah mahasiswa di Aceh dilatih pengelolaan ekosistem gambut. Hal tersebut dilakukan langsung oleh Jaringan Masyarakat Gambut Aceh (JMGA) bersama Konsultan Agribisnis di Kantor Agri Konsultan Darussalam, Banda Aceh, Sabtu 5 Maret 2022.

Pembina JMGA, Monalisa menjelaskan, pelatihan perdana tersebut bertujuan untuk memotivasi pemuda milenia Aceh agar sadar dalam mempelajari pengelolaan ekosistem gambut, khususnya di wilayah Aceh. 

Monalisa menambahkan, multidisiplin ilmu ini sangat dibutuhkan. Selain untuk mahasiswa, pelatihan ini juga ditujukan kepada masyarakat yang memiliki kesadaran dan ketertarikan untuk mengenal gambut. 

“Di Awal tahun 2022 ini, JMGA juga telah memiliki tim milenial Relawan Gambut Aceh,” sebutnya.

Pelatihan bertema pemanfaatan bunga kecombrang di lahan gambut untuk pengobatan alami yang termasuk kedalam kajian etnobotani tersebut diikuti oleh 23 perwakilan mahasiswa, terdiri dari perwakilan Mapala Caniva USK- 5, Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEP),  Mahasiswa Jurusan Kehutanan dari PSDKU Gayo Lues USK, Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USK dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Pante Kulu.

Peneliti JMGA, Saudah menjelaskan, tanaman kecombrang dapat dijadikan sebagai ramuan awet muda. Mulai dari daun, bunga, akar, dan batang dapat dimanfaatkan sebagai rempah atau dijadikan lauk. Bahkan salah satu bunga kecombrang mengandung vitamin C.

Sementara itu, peserta pelatihan, Silvia Zahara mengatakan bahwa, walaupun pelatihan tersebut hanya terfokus pada salah satu tanaman yang berpotensi tumbuh subur di lahan gambut, namun hal tersebut sangat berguna untuk menambah pengetahuan baru, terutama tentang pemanfaatan dan potensi tanaman lokal yaitu kecombrang.

Ia mengaku tertarik dengan potensi kecombrang dibandingkan dengan tanaman sawit, sebab lebih mudah tumbuh dan tidak merusak ekosistem gambut.

“Semoga kedepan bisa diadakan kegiatan serupa terutama pelatihan ekosistem gambut,” ungkat mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) tersebut.[]

_

WARTAWAN: MARIANI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *