Ketika Ustad Somad Kagumi Perempuan Aceh

oleh -327 views
Ribuan masyarakat mendengarkan ceramah Ustad Abdul Somad di halaman pesantren Serambi Aceh di Desa Meunasah Rayeuk, Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh Aceh Barat. Jumat 8 Maret 2019. (BASAJAN.Net/SITI AISYAH).

BASAJAN.Net, Meulaboh- Hari itu, Jumat 8 Maret 2018, pesantren Serambi Aceh terlihat berbeda. Ribuan masyarakat memadati halaman pesantren yang terletak di Desa Meunasah Rayeuk, Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh Aceh Barat.

Tidak hanya halaman pesantren, masyarakat tumpah ruah hingga ke badan jalan. Bahkan beberapa di antara mereka memanjat pepohonan agar dapat melihat sosok lelaki kurus yang sedang berkoar di atas panggung.

“Muliakan perempuan,” pekik laki-laki itu sambil mengepalkan tangan ke udara.

Suaranya lantang dan jelas. Dia menatap ke depan, sesekali menoleh ke kiri dan ke kanan. Hari itu ia memakai koko putih polos, dengan celana hitam dan syal bertuliskan Serambi Aceh.

Namanya Abdul Somad. Ia adalah sosok yang begitu dikagumi. Ustad yang sering disapa UAS ini, terkenal dengan tausiyahnya yang sederhana, penuh guyon namun berisi.

Di hadapan ribuan massa UAS  menyampaikan beberapa pesan menyangkut kemuliaan seorang perempuan.

“Perempuan itu harus dijaga, harus dihormati, karena perempuan itu adik kalian, kakak kalian, istri kalian. Jadi jangan sepelekan perempuan,” ujar UAS dalam safari dakwah tersebut.

Ia juga mengungkapkan kekagumannya tentang keperkasaan dan kehormatan perempuan Aceh. Terutama Cut Nyak Dhien.

UAS berkisah, sebenarnya istri Teuku Umar itu selama hidupnya berkerudung. Hal tersebut dibuktikan dengan foto hitam putih, saat Cut Nyak Dhien dibawa oleh serdadu Belanda untuk diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.

“Namun foto Cut Nyak Dhien telah dimanipulasi dan direkayasa oleh pihak tertentu, sehingga tampilan yang dikonsumsi publik saat ini tidak menggunakan jilbab dan malah memakai konde,” papar UAS.

UAS menjelaskan, Cut Nyak Dhien merupakan pejuang wanita asal Aceh yang sangat ditakuti Belanda saat menjajah Aceh. Hal tersebut terlihat jelas pada saat Cut Nyak Dhien ditangkap dan diasingkan ke Sumedang.

“Saya sejak SD melihat foto Cut Nyak Dhien tak pakai jilbab, apa begitu wanita Aceh? Fotonya telah direkayasa oleh pihak tertentu. Sesudah saya melihat foto saat Belanda membawa Cut Nyak Dhien ke Sumedang, baru saya tahu kalau selama hidupnya, beliau memakai kerudung,” ceritanya.

Dalam tausiahnya, UAS juga mengingatkan agar setiap insan harus istiqamah dalam menjalani kehidupan. Apapun jabatan yang diemban oleh seseorang, agar dapat dipergunakan untuk menegakkan agama Allah. Ia pun mengajak para santri dan masyarakat untuk terus berjihad di jalan Allah sesuai dengan kemampuan.

“Karena setiap pekerjaan yang dilakukan haruslah dipergunakan untuk menegakkan agama Allah,” ucapnya.

Saat tausiah berlangsung, para relawan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) juga memanfaatkan momen tersebut dengan menggalang dana untuk bantuan bagi muslim Palestina. Dana yang terkumpul Rp17 juta lebih.[]

 

WARTAWAN: SITI AISYAH

EDITOR: MELLYAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *