Meulaboh- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan (Kemenritekdikti) Republik Indonesia, menyarankan agar Catur Teuku Umar diurus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sebagai produk kreativitas Universitas Teuku Umar.
“Hak paten penting, sehingga UTU memiliki satu produk unggulan,” ujar Paristiyanti Nurwardani, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, pada malam anugerah UTU Awards tahun 2017, Sabtu 11 November 2017, di halaman kampus setempat.
Catur Teuku Umar atau Teuku Umar Spel merupakan salah satu kategori yang dilombakan pada ajang UTU Award. Permainan papan tersebut pertama kali dibuat oleh Belanda pada tahun 1898, tepat setahun sebelum Teuku Umar meninggal dunia.
Menurut Paristiyanti, Universitas Teuku Umar, meski masih menjadi perguruan tinggi negeri baru dan terletak paling ujung Barat Indonesia, sudah mampu menjadi universitas yang inovatif dan kreatif.
“Bapak Dirjen sangat mengapreasiasi terselenggaranya UTU Awards dan mengharapkan kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi universitas lain untuk menumbuhkan kreatifitas dan inovasi generasi muda,” ungkapnya.
Paristiyanti mengatakan, langkah UTU dalam membuat terobosan dengan mengadakan UTU Awards patut diapresiasi. Ajang tersebut telah mampu menyatukan berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Ia menyarankan, agar ke depan UTU bisa melibatkan lebih banyak kampus untuk mengikuti UTU Awards dan dapat menambah kategori kompetisi.
“Seperti hasil penelitian mahasiswa, produk-produk kreatifitas mahasiswa yang dihasilkan melalui kegiatan di luar kampus,” sarannya.
Lebih lanjut Paristiyanti mengatakan, saat ini Indonesia hanya memiliki 1,6 persen jumlah wirausahawan. Angka tersebut sangat jauh tertinggal dengan Singapura yang berada di angka tujuh persen dan Amerika 12 persen.
Menurut data riset Price Waterhouse Cooper, kata Paristiyanti, pada tahun 2045 Indonesia akan menjadi negara nomor empat dengan kekuatan perekonomian terbesar di dunia.
“Hal tersebut akan terwujud jika semua mahasiswa generasi muda Indonesia kreatif dan inovatif,” imbuhnya.
Sebagai wujud apresiasi terhadap UTU, Kemenristekdikti RI memberikan beasiswa kepada dosen di kampus tersebut untuk melanjutkan studi S2 dan S3 ke Tiongkok, Cina.
“Kami beri kesempatan untuk tiga orang yang akan diberangkatkan pada September 2018. Semua biaya Kemenristekdikti,” kata Paristiyanti.
Sementara itu, Rektor Universitas Teuku Umar, Jasman J. Ma’ruf mengatakan, peserta UTU Awards 2017 yang mendaftar 511 tim. Namun yang memenuhi persyaratan hanya 272 tim. Dengan rincian 39 perguruan tinggi negeri dan 23 perguruan tinggi swasta dari seluruh Indonesia.
Keseluruhan peserta berasal dari perguruan tinggi top di Indonesia, seperti UI, ITB, UGM, UB, UNAND, UMY, UNSYIAH, UNIB, IPB, UTU, BPPT dan STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh.
“Dewan juri bukan orang sembarangan,dihadirkan dari perguruan tinggi terbaik se Indonesia. Sehingga hasil penilian betul-betul independen dan akuntabel,” ujarnya.
Pada malam anugerah UTU Awards 2017, Universitas Brawijaya Malang, kembali menjadi juara Umum dan berhak membawa pulang Piala Bergilir Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.[]
Editor: Mellyan Nyakman