BASAJAN.NET, Meulaboh– Membuat konten di media sosial bukan cuma soal kreatif atau viral. Ada etika yang tak boleh ditinggalkan, terutama bagi para penyuluh agama yang membawa misi dakwah ke ruang digital.
Demikian disampaikan Pranata Humas Ahli Pertama STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Rahmat Trisnamal, dalam pelatihan pembuatan konten kreatif bagi penyuluh agama di Aula Kantor Kementerian Agama Aceh Barat, Selasa, 22 Juli 2025.
“Kita bukan hanya menyampaikan informasi, tapi juga ikut membentuk opini publik. Maka, etika dalam membuat konten itu bukan sekadar penting, tapi wajib,” ujar Rahmat.
Ia menyoroti kecenderungan sebagian pengguna media sosial yang mengejar popularitas dan jumlah tayangan, namun abai terhadap tanggung jawab moral.
Padahal, menurutnya, setiap konten punya dampak sosial yang besar, apalagi jika bersifat keagamaan.
Rahmat mengutip data DataReportal 2024 yang menunjukkan dominasi pengguna media sosial di Indonesia.
Dimana YouTube digunakan oleh 139 juta orang, disusul TikTok (126,8 juta), Facebook (117,6 juta), Instagram (100,9 juta), WhatsApp (86,87 juta), LinkedIn (26 juta), dan X atau Twitter (24,69 juta).
“Dengan jangkauan seluas ini, penyuluh agama tidak bisa hanya diam. Mereka harus hadir di ruang digital dengan pesan-pesan yang edukatif, inklusif, dan bebas dari kebencian maupun hoaks,” ujarnya.
Rahmat juga menyinggung soal rendahnya literasi digital di tengah tingginya akses. Ia mengutip laporan Verywell Mind yang menyebut kelompok rentan hoaks bukan hanya remaja atau pengguna baru, tapi juga lansia dan masyarakat dengan pemahaman digital yang terbatas.
Bahkan, menurut data Kementerian Kominfo tahun 2018, penyebar hoaks justru didominasi oleh pengguna berusia 45 tahun ke atas, yang cenderung membagikan konten tanpa verifikasi.
“Misi dakwah hari ini tak lagi cukup disampaikan di mimbar atau podium. Ia harus menjangkau ruang-ruang digital. Di sana, etika harus tetap menjadi hal utama,” kata Rahmat menutup pemaparannya.
Sementara itu, Kasi Bimas Kankemenag Aceh Barat, Tharmizi menyampaikan, pelatihan yang diikuti 65 penyuluh agama ini bertujuan meningkatkan kemampuan penyuluh dalam memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah yang efektif dan sesuai perkembangan zaman.
Ia berharap, penyuluh agama dapat memproduksi konten digital yang menarik, edukatif, dan sesuai dengan nilai-nilai keagamaan.[]
___________________
EDITOR: JUNAIDI MULIENG