‘Timoeh’  

oleh -412 views
Peserta Word Cleanup Day. (Basajan.net/Vinda)

BASAJAN.Net, Meulaboh- Pagi ini langit cerah, biru dengan sedikit serpihan awan tipis. Lebih dari 300 pemuda berkumpul di Masjid Suak Ribe, Meulaboh, Aceh Barat. Jam menunjuk pukul 08.00 Wib. Beberapa di antara mereka terlihat membagikan masker dan sarung tangan, serta air mineral bertulis “life” yang berarti hidup.

Sabtu, 15 September 2018, para pemuda itu berkumpul untuk hidup yang lebih baik. Setelah mengenakan masker dan sarung tangan, mereka mulai beraksi. Berjalan kaki menuju dua lokasi, jalan Singgah Mata I dan Desa Suak Ribe untuk membersihkan sampah. Selokan penuh sampah dan kotoran lembu tidak membuat mereka jijik. Menggunakan kayu atau pun tangan kosong, sampah-sampah itu berhasil dikumpulkan. Sepatu, Tv, bekas kosmetik dipilah dengan sampah plastik.

Untuk memudahkan proses pembersihan sampah, peserta dibagi menjadi empat kelompok, dengan titik pembersihan Suak Ribee dan Jalan Singgah Mata, Seunebok. Setelah tiga jam, sekitar 156 karung isi 15 kg sampah berhasil dikumpulkan oleh peserta Word Cleanup Day (WCD) yang digerakkan oleh Komunitas Timoeh. Sampah yang berhasil terkumpul di bawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menggunakan dua truk sampah.

Ketua Komunitas Timoeh, Zainul Asri mengatakan, acara tersebut sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan. “Kegiatan ini memang sengaja digerakkan di Meulaboh, ini juga sebagai pilot Timoeh,” ujarnya.

Zainul menyampaikan terimakasih keapada para pihak yang telah mendukungan terlaksananya WCD di Aceh Barat, baik secara lembaga maupun pribadi. “Jadi kegiatan ini bukan hanya Timoeh saja, ada banyak pihak yang terlibat, bahkan ada yang mendonasikan dana pribadi kepada kami untuk acara ini,” paparnya.

WCD rencananya akan diadakan tiga kali dalam setahun. Meskipun berawal dari Meulaboh, namun program ini diharapkan dapat menular ke seluruh wilayah di Aceh. “Agar kota dan desa kita bersih dari sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya,” ungkap Isalyadi, pelaksana kegiatan.

Usai mengais sampah, peserta WCD berjalan menuju pantai Suak Ribee untuk penutupan acara.

Di tepi pantai, yel yel penyemangat diteriakkan.

“Siapa kita?” teriak panitia.

“Meulaboh,” jawab peserta.

Para peserta kemudian diarahkan untuk membentuk barisan. Kemudian melakukan senam sekitar 15 menit untuk peregangan. Lalu acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab seputar pengalaman peserta hari itu dan organisasi Timoeh, serta harapan ke depan.

“WCD layak mendapat apresiasi karena telah membuat lingkungan bersih dari sampah dan bebas penyakit,” ujar Khairunas, duta wisata Aceh Barat.

Mira, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar (Fisip UTU) berharap, kegiatan semacam itu terus berlanjut dan melibatkan lebih banyak relawan. Tidak hanya mahasiswa, tapi juga siswa dan masyarakat gampong.

Panitia juga membagikan bingkisan kepada perwakilan dari empat kelompok sebagai cinderamata.

Sebelum acara ditutup, mereka mengumpulkan koin dari seluruh peserta. Koin tersebut kemudian diberikan kepada seorang pelayan cafe di Suak Ribee.

Pelayan café tersebut merupakan perempuan baruh baya yang saban harinya berjalan kaki dari Blang Beurandang menuju Suak Ribee untuk bekerja. Peserta WCD berharap, koin yang disumbang tersebut dapat meringankan beban hidupnya. []

 

Wartawan: Meria Ulfa

Editor: Mellyan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *