Teknologi Perpustakaan Tak Jamin Peningkatan Citra Pustakawan

oleh -421 views
Teknologi Perpustakaan Tak Jamin Peningkatan Citra Pustakawan

BASAJAN.NET, Banda Aceh- Penerapan teknologi di perpustakaan, secara otomatis akan meningkatkan performa perpustakaan. Namun hal itu tak serta merta meningkatkan citra pustakawannya.

“Citra pustakawan sangat tergantung kepada sikap pustakawan itu sendiri,” pustakawan berprestasi nasional, Nazaruddin Musa.

Hal itu disampaikan Nazaruddin pada website seminar (Webinar) Tren Perpustakaan di Era Digital, via Zoom, Senin, 7 September 2020, yang diadakan Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Nagan Raya.

Nazaruddin mengatakan, kiprah pustakawan di era disrupsi hari ini semakin hangat diperdebatkan. Ada yang pesimis, jika kiprah pustakawan akan redup bahkan lenyap seiring meningkatnya peran teknologi. Namun ada juga yang optimis, kiprah pustakawan akan lebih bersinar dan terus diperhitungkan.

Terkait hal tersebut, Nazaruddin berpendapat, perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, dengan sendirinya menuntut peningkatan kompetensi pustakawan. Sebagai pelayan informasi profesional, pustakawan era 4.0 perlu proaktif, kreatif dan inovatif dalam menciptakan dan memberikan layanan sesuai kebutuhan pengguna.

Sementara itu, Ketua Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry, Nurhayati Ali Hasan mengatakan, pustakawan merupakan profesi yang memegang peran strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Sekaligus menjadi agen penyediaan informasi untuk tujuan informasi, pendidikan, penelitian maupun pengetahuan.

Ia mencontohkan, wabah Covid-19 yang melanda sekitar delapan bulan ini, semakin menuntut kompetensi teknologi informasi sebagai suatu keniscayaan bagi pustakawan. Untuk itu, pustakawan dan calon pustakawan harus terus meningkatkkan kompetensinya, agar profesionalismenya diakui oleh masyarakat di new normal ini.

“Meski begitu, di masa Pandemi Covid-19, ada pembatasan-pembatasan yang harus dilakukan oleh pustakawan,” sebut Nurhayati.

Pembatasan yang dimaksud Nurhayati adalah menghindari Tiga Cs (Three CsThe), yaitu menghindari tempat ramai dengan banyak orang (crowded places), menghindari berkontak atau berbicara dengan orang dalam jarak dekat (Close-contact settings), dan menghindari ruang terbatas dan tertutup dengan ventilasi udara yang buruk (Confined and enclosed spaces).

“Namun, Perpustakaan dan Pustakawan tetap harus menyediakan layanan perpustakaan bagi pemustakanya di tengah situasi Covid-19,” papar Nurhayati.[]

 

 

EDITOR: JUNAIDI MULIENG

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.