Meulaboh– Rumôh Literasi, komunitas literasi yang dirintis oleh anak muda Meulaboh ini mengadakan Diskusi Sejarah yang mereka sebut Surah di Sekretariat komunitas, Seunebok Minggu, 19 November 2017 yang dihadiri mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Teungku Dirundeng meulaboh (STAIN-TDM) STAIN, UTU juga beberapa siswa SMA.
Diskusi sejarah kali ini membedah karya T. Ahmad Dadek dan Hermansyah yang berjudul Meulaboh dalam Lintas Sejarah. Rumôh Literasi menghadirkan dua pembicara yaitu Rahmat Syah Putra, seorang pegiat literasi di Meulaboh dan Endri, Duta Baca Aceh Barat 2017, sekaligus pendiri Rumôh Literasi.
“Kita patut mengapresiasi karya Pak Dadek dan Bang Hermansyah ini. Mengingat sulitnya mencari referensi tentang sejarah Meulaboh pasca tsunami, disebabkan banyaknya manuskrip sejarah yang musnah dan sejarawan Meulaboh yang syahid kala itu”, ujar Endri pada pembukaan diskusi.
Hal ini pun diamini dan ditambahkan oleh Rahmat Syah Putra, “Buku ini ditulis setelah diadakannya seminar tentang hari jadi kota Meulaboh. Jadi pada saat itu Pak Dadek berinisiatif menetapkan hari jadi kota Meulaboh sehingga dilakukanlah kajian sejarah mengenai hal itu. Pembahasan dalam seminar tersebut akhirnya dirangkum dalam buku ini”, jelasnya sambil menunjukkan buku Meulaboh dalam Lintas sejarah Aceh kepada peserta diskusi.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan Peraturan Bupati nomor 70 tahun 2013 menetapkan tanggal 11 Oktober sebagai hari jadi Meulaboh dan 29 Desember sebagai hari jadi Aceh Barat. Kedua tanggal tersebut merupakan salah satu hasil kesepakatan yang diperoleh dalam forum seminar tersebut.
Di akhir diskusi, pembicara berpesan bahwa pentingnya membudayakan literasi di masyarakat, terutama bagi anak-anak muda sebagai generasi penerus. Literasi bermacam-macam bentuknya, bisa membaca, menulis, atau sekedar berdiskusi ringan dengan teman sendiri, itu sudah merupakan bagian dari membudayakan literasi.
“Jadi banyak-banyaklah berliterasi, sehingga generasi muda bisa menjadi generasi cerdas, harapan masa depan Aceh,” pesan pembicara.
Salah satu peserta diskusi, Ikhwan menyatakan pentingnya mengetahui sejarah bagi generasi muda, dan mengapresiasi kegiatan yang digagas Rumôh Literasi tersebut.
“Jika anak muda tidak ikut melestarikan sejarah daerahnya sendiri, siapa lagi yang akan melakukannya,” ujar Ikhwan.
Komunitas yang dikenal dengan jargonnya “baca, nulis, diskusi, aksi” mengadakan diskusi untuk kedua kalinya. Sebelumnya diskusi yang dirangkum dalam kegiatan Ngobrol Pintar (Ngopi) mengangkat tema pentingnya budaya literasi.[]
Editor: Mellyan Cutkeumala Nyakman