Si Manis Buat Hidup Tak Lagi (Terasa) Manis

oleh -538 views

Penulis: Rizand*

Sebutan “Si Manis” ini tak asing lagi dalam kehidupan sehari hari. Di kalangan awam “si manis” atau kencing manis atau penyakit gula lebih dikenal dibanding istilah “Diabetes Mellitus” (DM).

Istilah penyakit ini berasal dari bahasa Yunani. Diabetes artinya mengalir terus, mellitus artinya madu atau manis. Istilah ini menunjukkan keadaan tubuh si penderita, yaitu selalu minum dalam jumlah banyak dan sering buang air kecil (mengalir terus) dimana air seni penderitanya mengandung gula/glukosa (manis).

DM merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula dalam darah melebihi batas normal. Hal ini disebabkan karena terganggunya kerja hormon insulin (hormon yang bertugas menjaga kadar gula dalam darah tetap normal)

Jumlah“Si Manis”

International Diabetes Federation (IDF, 2015) menyebutkan terdapat 415 juta penderita DM di seluruh dunia yang berarti 1 dari 11 orang dewasa menderita DM dan setiap 6 detik satu orang meninggal akibat DM. Indonesia berada di urutan ke-7 sebagai negara dengan tingkat DM tertinggi di dunia, dengan jumlah pasien sekitar 10 juta orang dan diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2040 menjadi 16,2 juta orang.

Merujuk data Sample Registration Survey (2014), DM saat ini menjadi penyakit pembunuh nomor 3 di Indonesia setelah stroke dan penyakit jantung. Data Riset Kesehatan Dasar (2013) memperlihatkan perbedaan prevalensi pengidap diabetes di kota dan desa sangat rendah yaitu tak sampai satu persen yang berarti DM bisa menyerang siapa saja. Baik yang tinggal di daerah perkotaan maupun di desa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan DM adalah penyakit kronis dengan beban tinggi dan merupakan epidemi global yang menghantam negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Apabila DM tak terkendali, “si manis” ini menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal seiring perjalanan waktu, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan, impotensi atau amputasi akibat pembusukan kaki, sehingga menyebabkan biaya perawatan semakin tinggi dan membuat hidup tak terasa manis lagi.

DM sering tidak disadari karena penderita tidak pernah melakukan pengecekan kadar gula darah dan tidak mengetahui faktor resiko apa saja yang bisa menyebabkannya didekati “si manis”. Tingkat kewaspadaan dan deteksi dini harus ditumbuhkan pada setiap individu agar kualitas hidup semakin baik.

Kapan “Si Manis” datang?

Disebut DM jika kadar gula (glukosa) dalam darah dalam keadaan puasa ≥ 126 mg/dL, kadar glukosa dua jam setelah makan ≥ 200 mg/dL dan kadar glukosa pada tes sewaktu > 200 mg/dL.

Pemeriksaan glukosa dapat melalui uji laboratorium, namun saat ini pemeriksaan menjadi lebih mudah melalui alat uji gula darah mandiri yang bisa diakses dengan mudah, baik di puskesmas atau pada event-event tertentu yang dibuat oleh komunitas kesehatan ataupun komunitas mandiri lainnya.

Pada umumnya dikenal 2 tipe DM: DM tipe 1 (tergantung insulin) dan DM tipe 2 (tidak tergantung insulin). Rata-rata orang Indonesia terserang DM tipe 2 karena perubahan gaya hidup serta banyaknya kasus obesitas (kegemukan) dan kurangnya aktivitas fisik.

DM tidak selalu terjadi akibat riwayat keturunan namun juga dapat disebabkan pola hidup yang tidak sehat.

Terdapat tiga gejala klasik DM yang perlu diwaspadai walaupun tak selalu muncul pada DM tipe 2 yaitu gejala 3P: poliuri (sering buang air kecil), polifagi (sering merasa lapar), dan polidipsi (sering merasa haus). Gejala lainnya adalah penurunan berat badan tanpa disertai sebab yang jelas serta kelelahan yang dirasakan terus menerus.

Bila memiliki gejala seperti itu, pemeriksaan lebih lanjut sangat dianjurkan. Komplikasi hingga kegagalan organ tubuh bisa timbul bila kondisi tersebut dibiarkan dan terlanjur memburuk.

Agar “Si Manis” Enggan Mendekat

Lakukan perubahan pola hidup menjadi lebih sehat. Banyak penelitian ilmiah yang membuktikan perubahan gaya hidup (berat badan dalam batas ideal, aktif dalam kegiatan fisik sehari-hari, pola makan seimbang dan sehat) dapat membantu mengurangi faktor resiko terjadi DM tipe 2. Selain itu menjauhi rokok, menjaga kondisi psikologis tidak stress dan membatasi penggunaan gula akan sangat membantu si manis ini enggan mendekat.

Lakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala. Banyak penderita DM tidak menyadari bahwa mereka memiliki nilai gula darah tinggi dan terlambat datang meminta bantuan tim medis. Gangguan nilai gula darah harus diwaspadai sebagai gejala awal DM sehingga pengontrolan gula darah harus dilakukan secara berkala.

Jika “Si Manis” memutuskan tinggal bersama?

Bantuan dari tim medis sangat diperlukan. Lakukan konsultasi secara menyeluruh kepada tim medis. Obat akan diberikan sebagai pengontrol kadar gula dalam darah sehingga kepatuhan untuk terus meminum obat ini sangat penting. Pada tahap ekstrim, penderita diabetes juga membutuhkan suntik insulin yang harus dipatuhi penggunaannya.

Melakukan diet DM. Penderita DM dianjurkan mengurangi konsumsi karbohidrat/makanan asin/makanan kalengan/gula dan memperbanyak serat, sayuran, buah dan protein yang rendah lemak.

Olahraga keseimbangan. Olahraga yang paling baik dan sesuai untuk penderita DM adalah berjalan ringan selama 30 menit sehari.Namun jika tidak sanggup dilakukan, penderita DM dapat melakukan gerakan ringan untuk membangun keseimbangan, misalnya: (1) Jalan kaki lurus searah baik maju maupun mundur. (2) Berjinjit. (3) Duduk dan bangun dari kursi berulang-ulang, atau berdiri dengan satu kaki dan tahan posisi tersebut selama 30 detik serta lakukan bergantian antara kaki kiri dan kanan.

Pada akhirnya, “si manis” seiring waktu menjadi silent killer yang membuat hidup tak terasa manis lagi. Sekali “si manis” memutuskan untuk hidup bersama maka seumur hidup dampak penyakit ini harus ditanggung karena penyakit ini bersifat kronis dan belum bisa disembuhkan namun masih bisa dikontrol. Sehingga pasien DM disebut penderita karena tidak bisa sembuh total. Jadi, ayo mulai perubahan dari yang sederhana, sebelum “si manis” ini menyandera kehidupan kita. Bisa?

*Penulis memiliki ketertarikan intens terkait Diabetes Melitus. Dapat dihubungi melalui email: rizkiandriani.qq@gmail.com

One thought on “Si Manis Buat Hidup Tak Lagi (Terasa) Manis

  1. Padahal secara angka perhitungan, mestinya plus manis tambah plus manis makin sangat manis (makin baik). Boleh jadi, ini yang dianjurkan dalam agama, jangan berlebih-lebihan atas sesuatu. Asekkkkk….!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.