Meulaboh- Aceh Documentary Competition (ADC), melalui situs resminya mengumumkan sepuluh ide film documenter terbaik. Tim yang naskahnya lolos mendapat kesempatan mengikuti pelatihan dasar pembuatan film di Banda Aceh.
Dua dari sepuluh naskah yang lolos tersebut, merupakan ide film dokumenter mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh. Yaitu Kembalinya Senyum yang Hilang dan Botol Haram di Kota Tauhid Tasawuf.
Manager Program ADC Munzir mengatakan, setelah melakukan beberapa tahapan seleksi, diantaranya seleksi administrasi hingga penjurian, akhirnya ADC memutuskan hanya sepuluh tim dengan ide cerita terbaik yang lolos.
“Keseluruhan naskah yang masuk semuanya 20, dari tim film seluruh Aceh,” ujar Munzir kepada wartawan basajan, Senin 27 Maret 2017.
Peserta yang masuk sepuluh besar, selanjutnya akan diundang ke Banda Aceh pada 29 Maret sampai 2 April 2017, untuk mengikuti pelatihan dasar berupa penguatan ide, penyutradaraan dan audio visual.
Munzir menjelasakan, tahun ini ADC mengangkat tema bertajuk “Keumang”, dengan tujuan agar pemuda-pemuda Aceh lebih jeli dalam melihat kondisi Aceh paska konflik dan tsunami. Lebih lanjut ia menjelaskan, tema Keumang memiliki filosofi, sebagai generasi muda yang berperan sebagai pemegang tongkat penerus kepemimpinan dan pelaku perubahan.
Ia berharap, dengan adanya kompetisi seperti ini, akan meningkatkan kreatifitas anak bangsa, serta menginspirasi pemuda Aceh untuk terus berkarya dengan film. Sehingga mampu melahirkan film dokumenter yang membuat perubahan pada daerah masing masing.
“Kepada peserta yang ide ceritanya belum beruntung lolos tahun ini, jangan menyerah. Tetap mencoba di lain kesempatan. Tetap semangat berkarya,” pesannya.
Berikut tim dan ide cerita yang lolos sepuluh besar ADC 2017 dari seluruh Aceh. Piasan Bak Tanoeh Droe (Arif Fathurrahman & Ilham Maulana), dari Sigli. Pang Ulee (M.Abdul Razak & Ria Faradipa), dari Bireuen. Mugee Buku (Muhammad Arifin & Siti Nur Zulikha), dari Bireuen. Kembalinya Senyum yang Hilang (Revina Rahayu & Muhammad Noza), dari STAIN Meulaboh.
Tawa Siapa Berani Larang (Buge Cipta Wijaya & Iqbal Rizky Maulana), dari Takengon. Serdadu Bentang Alam (Putra Andiswan & Galang Rambu Anarchi), dari Aceh Selatan. Memupuk Bencana (Hendra Yudilman & Yusuf Mulya Wiranta), dari Aceh Selatan. Rumah Online (Muhammad Azkia & Taufiq Hidayat), dari Banda Aceh. Pemimpi Besar (Khalil Armi & Susanti), dari Sigli. Botol Haram di Kota Tauhid dan Tasawuf (Meria Ulfa & Nurul Fahmi), dari STAIN Meulaboh.[]