Banda Aceh- Provinsi Aceh mengalami inflasi secara agregat 0,45 persen pada September 2016. Sumbangan terbesar berasal dari kelompok bahan makanan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Wahyudin, seperti dilansir dari Antara, Selasa 3 September 2017, mengatakan, inflasi disebabkan katena meningkatnya Indeks Harga Konsumen (IHK) di kelompok bahan makanan 0,99 persen, diikuti oleh kelompok lain.
Wahyudin menjelaskan, kelompok lain seperti perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan harga sebesar 0,66 persen, serta kelompok sandang 0,51 persen.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,09 persen, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,05 persen.
Sedangkan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan kali ini mengalami deflasi sebesar 0,21 persen, yang diikuti kelompok kesehatan deflasi 0,01 persen.
“Pada September di Kota Banda Aceh mengalami inflasi 0,62 persen, lalu Kota Meulaboh inflasi 0,37 persen, dan Kota Lhokseumawe inflasi 0,16 persen. Secara agregat angkanya 0,45 persen,” katanya.
Wahyudin merinci, beberapa komoditas di Aceh yang mengalami kenaikan harga di September yakni cabai merah 0,11 persen lebih, dan gula pasir sebesar 0,09 persen lebih.
Lalu tomat sayur sebesar 0,06 persen lebih, ikan tongkol tercatat 0,046 persen lebih, cabai rawit 0,042 persen lebih, ikan kembung 0,041 persen lebih, dan semen 0,04 persen.
Bila dilihat dari 23 kota di Sumatera, lanjutnya, sebanyak 15 kota mengalami inflasi. Cuma delapan kota mengalami deflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi di Kota Medan 1,08 persen, dan terendah di Kota Dumai 0,05 persen. Sedangkan Kota Banda Aceh urutan keenam, Kota Lhokseumawe ke-12, dan Kota Meulaboh ke-28,” terang dia.
BPS mencatat, dari 82 kota IHK di Indonesia pada bulan September tahun ini, tercatat 50 kota mengalami inflasi dan 32 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 1,59 persen, dan terendah di Kota Mamuju dengan 0,01 persen.
Sumber: Antara
Editor: Junaidi Mulieng