Profesionalisme Guru

oleh -300 views

Penulis: Dr. Erizar, M.Ed*

Di Indonesia, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati tiap 2 Mei. Bagaikan sebuah rumah tangga, berbagai permasalahan pendidikan selalu saja datang menghadang. Salah satu isu yang begitu mendesak penyelesaiannya adalah peningkatan profesionalisme guru.

Peribahasa klasik dialamatkan kepada para guru yaitu ‘Guru adalah pahlawan tanpa jasa’. Sebagian guru mungkin kurang setuju, karena makna peribahasa tersebut merendahkan kedudukan guru sebagai pendidik.

Namun, ada juga guru yang beranggapan bahwa peribahasa itu justru menjadi penyemangat bagi mereka untuk tetap bekerja dengan penuh keikhlasan. Salah satu musisi terkenal tanah air, Iwan Fals, sengaja menciptakan sebuah lagu dengan judul ‘Umar Bakri’ yang menggambarkan keprihatinannya terhadap nasib para guru tanah air.

Jika ditelusuri rekam jejak pendidikan Indonesia, pergantian masa pemerintahan—dari orde baru ke zaman reformasi— kemudian pergantian kepala negara—sejak kepemimpinan presiden Gusdur sampai Presiden Jokowi— yang tampak bahwa, kesejahteraan para PNS khususnya guru semakin ditingkatkan.

Keluarnya Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen pada akhirnya membawa dampak positif terutama bagi kesejahteraan guru. Dengan detail peraturannya mengharuskan guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Selain itu, UU tersebut juga menyatakan bahwa, guru profesional adalah guru yang mampu berperan untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dengan menggunakan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu. Keseluruhannya menjadi prasyarat demi hadirnya profesionalisme. Namun kenyataannya, masih banyak dijumpai guru-guru kita yang masih terkendala dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi peserta didik. 

Pakar pendidikan Indonesia, Profesor Sudarnoto (2009), menyatakan bahwa profesionalisme guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan dan prestasi siswa. Dalam penelitiannya, Sudarnoto menemukan bahwa 36 persen prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor kualitas (profesionalisme guru), 23 persen dipengaruhi oleh manajemen, waktu belajar (22 persen), dan sarana fisik (19 persen).

Untuk itu sudah sepatutnya pemerintah selaku pengambil kebijakan menjamin keberlangsungan program pengembangan guru secara berkelanjutan (continuous professional development), sehingga guru-guru itu mampu melakukan reorientasi dan revitalisasi tugas dan fungsinya sebagai pendidik dengan sebaik-baiknya.

Tentunya peningkatan profesionalisme guru tidak serta merta harus bertumpu kepada pemerintah, tetapi para guru sendiri juga mempunyai andil sama besarnya. 

Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mencoba mengemukakan konsep-konsep sederhana menjadi guru profesional, yang penulis dedikasikan sebagai kado spesial untuk para guru di hari jadinya yang ke-71.

Konsep-konsep tersebut, penulis rangkum dari pendapat seorang pakar pendidikan dunia bernama Professor Hugh Socket. Menurutnya setidaknya ada lima hal yang harus dimiliki oleh seorang guru agar menjadi profesional.

Pertama, karakter (character), sifat yang seharusnya melekat pada seorang guru seperti sabar, siap membuat keputusan, berani, simpati dan empati. Dengan kata lain, guru yang profesional dituntut memiliki ketenangan dan kematangan bersikap setiap saat walaupun banyak masalah yang dihadapinya. Dengan begitu, akhirnya guru bisa menjadi teladan bagi anak-anak didiknya.

Kedua, komitmen untuk perubahan serta keberlangsungan pemberdayaan (commitment to change and continous improvement). Perubahan dan pergantian metode pengajaran mutlak diperlukan demi memenuhi tuntutan siswa. Idealnya guru harus berkomitmen mencari model atau tren pembelajaran terkini dalam pendidikan dan membaca sejumlah peluang untuk pengembangan diri dengan terlibat dalam sejumlah aktivitas yang mendukung peningkatan profesionalismenya.

Disamping itu, seorang guru profesional bisa saja menggagaskan sejumlah ide perubahan yang dianggap perlu. Satu hal lagi yang amat penting, guru profesioanl senantiasa memposisikan dirinya sebagai pembelajar seumur hidup (lifelong learner).

Ketiga, sumber pengetahuan (subject knowledge). Seorang guru seharusnya menyadari betapa pentingnya menjadi master terhadap pelajaran yang dia asuh. Sudah sepatutnya sebelum memasuki ruangan kelas, mempersiapkan materi yang akan disampaikan, mengantisapi pertanyaan-pertanyaan seputar teknologi terkini dengan penuh persiapan jawaban (well-prepared).

Sebagai tambahan, hendaknya inovatif, kreatif dan evaluatif—dalam memastikan bahwa kurikulum dapat dijalankan dengan efektif. Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah selalu memotivasi siswa untuk belajar dan bekerja keras demi mencapai impian yang mereka dambakan.

Keempat, pengetahuan dan penguasaan bahan ajar (pedagogical knowledge). Guru senantiasa kreatif dan inovatif dalam menemukan metode pengajaran yang cocok untuk anak didiknya. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat, guru bisa mencari sejumlah metode pengajaran yang efektif melalui akses internet seperti Youtube, media sosial lainnya, facebook, twitter, instagram dan juga pada jurnal-jurnal internatisional.

Kelima, seorang guru yang profesional dituntut untuk memiliki kecakapan tidak hanya di dalam kelas tapi juga di luar kelas (beyond the classroom). Hal ini sangat penting, karena dapat menjadi aspek penunjang profesionalisme seorang guru. Dalam hal ini, seorang guru harus mampu bekerjasama dengan para koleganya, orang tua dan masyarakat sekitar.

Sungguh naif kalau seorang guru hanya cakap di dalam kelas dan tatkala di luar kelas menjadi kaku, pesimis dan mudah menyerah. Padahal baik di dalam dan di luar tanpa disadari siswa menjadikan guru mereka sebagai panutan atau idola.[]

*( Akademisi STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh dan Pemerhati pendidikan di Aceh. Email: eri_zar@yahoo.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *