BASAJAN.net, Meulaboh- Politik merupakan seni yang harus dilandasi etika. Seorang politisi harus mampu membangun kapasitas dirinya bukan hanya untuk dikenal, tapi juga dipercaya oleh masyarakatnya.
Demikian disampaikan Bupati Aceh Barat Ramli MS, di hadapan duapuluh sembilan mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar, Kamis 19 April 2018.
“Caranya adalah mengerti keinginan dan kebutuhan orang lain,” ujar Ramli.
Kepada para mahasiswa yang melakukan kunjungan kuliah lapangan Pengantar Ilmu Politik tersebut, Ramli membagi pengetahuan dan pengalamannya selama berkecimpung di dunia politik.
Menurut Ramli, politik bukan kemampuan retorika semata, tapi juga harus dilandasi nilai etika dalam implementasinya. Dalam dunia politik, Ramli telah kenyang asam garam. Ia pernah menjabat Bupati Aceh Barat periode 2007-2012. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Barat. Pada pemilihan kepala daerah yang lalu, ia kembali dipercaya untuk memimpin Aceh Barat dengan masa kerja 2017-2022.
“Ada yang tidak bisa dipungkiri, bahwa rakyat adalah atasan. Berpolitik bukanlah mengejar jabatan semata,” pesan Ramli.
Ramli mengatakan, selama mimimpin daerah, belum ada permasalahan yang berarti secara internal. Justeru yang lebih sering terjadi adalah kendala yang sifatnya eksternal atau masyarakat Aceh Barat.
Ia mencontohkan, dalam penerapan pelaksanaan syariat Islam, sebagaimana yang diamanahkan dalam UUPA, pihaknya justeru menghadapi resistensi dari luar negeri dengan alasan hak-hak asasi manusia.
“Sehingga ada keyakinan diri saya bahwa kebijakan yang dikeluarkan nantinya haruslah pada kepentingan dasar hajat hidup masyarakat Aceh Barat,” ungkapnya.
Sementara itu, Said Fadhlain selaku dosen Pengantar Ilmu Politik menjelaskan, ada berbagai literasi dalam meredefinisi politik sebagai pengetahuan (praktisi), maupun politik sebagi ilmu pengetahuan (science).
Ada kalangan realisme yang lebih mengedepankan politik sebagai struggle of power (merebutdan mempert ahankan serta menghalakan segala cara tentang kekuasaan). Ada juga dalam sisi moderat yang melihat politik sebagai art atau pun seni, serta politik adalah common will, untuk bersama-sama dan sungguh-sungguh dalam mewujudkan kebaikan bersama.
Selain itu, lajut Said, ada kontekstual yang mengatakan bahwa seseorang mendukung, mempercayai hingga memilihnya, bukanlah didasari bahwa konstituen tersebut takut atau tidak dipenuhi janji oleh sosok yang dipilih.
“Akan tetapi, semuanya dikarenakan pemilih merasakan dirinya bagian dari orang yang dipilih,” urai Said.
Ketua rombongan mahasiswa, Ilhami Syahputra mengatakan, kuliah lapangan tersebut selain implementasi perkuliahan, juga sebagai upaya membangun jati diri seorang politisi yang baik dalam tataran praktek.
Menurutnya, ada tiga lokasi yang dijajaki sebelumnya, yaitu Setdakab Simeulu, Kabupaten Abdya, hingga akhirnya pilihan jatuh ke Setdakab Aceh Barat.
“Ada pun output yang ingin dicapai, selain untuk menambah khasanah intelektual, juga bisa menjadi pengalaman bagi kami semua, jika suatu saat berkecimpung di dunia politik,” jelasnya.[]
Editor: Junaidi Mulieng