Penelitian: Keberadaan Indomaret di Meulaboh Bisa Matikan Usaha Kecil

oleh -1,620 views
Fatmawati penerima beasiswa bidikmisi Universitas Teuku Umar. Foto: Dokumen Pribadi.

BASAJAN.Net, Meulaboh- Hasil penelitian menunjukkan, keberadaan indomaret di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dapat mematikan usaha kecil atau pedagang kelontong tradisional.

Hal tersebut sebagaimana dipaparkan Fatmawati mahasiswa Universitas Teuku Umar (UTU) dalam sidang skripsinya, Senin 27 Mei 2019.

Fatmawati merupakan mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar. Ia salah satu penerima beasiswa bidikmisi UTU yang berhasil menyelesaikan sidang skripsinya dengan nilai terbaik.

Dalam sidang yang diketuai Dr Mursyidin, MA dengan anggota penguji Nila Trisna, SH, MH, Vellayati Hajar, MA, dan Fadhil Ilhamsyah, M.Si tersebut, Fatmawati mendapatkan nilai 3.8 atau A.

Fatmawati melakukan penelitian tentang Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.70/M-Dag/Per/12/2013 terhadap keberadaan indomaret di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Penelitian tersebut mengkaji tentang keberadaan indomaret dan dampaknya terhadap keberlangsungan eksistensi ritel tradisional atau toko kelontong di Meulaboh.

Hasil penelitian ditemukan bahwa, implementasi peraturan Menteri Perdagangan RI No. 70 Tahun 2013 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat pembelanjaan dan toko modern yang dilaksanakan oleh Pemda Aceh Barat, belum sepenuhnya berjalan dengan efektif. Hal ini dikarenakan belum adanya kebijakan turunan yang mengatur terkait pendirian pasar modern, seperti indomaret.

Dalam sidangnya Fatmawati menuturkan, di satu sisi keberadaan indomaret di Meulaboh berdampak positif dari segi pendapatan asli daerah untuk Aceh Barat dan memberi kemudahan berbenlaja bagi masyarakat.

Namun di sisi lain, memberi dampak negatif bagi pedangan kecil tradisional atau toko kelontong yang menyebabkan matinya usaha pedagang di pasar tradisional.

“Hal ini dikarenakan terjadi pergesaran kebiasaan konsumen dan penurunan pendapatan pedagang tradisional,” ujar Fatma.

Penelitian yang dilakukan Fatmawati pun memdapat apresiasi dari tim penguji dan langsung memberikannya nilai terbaik.

Fatwamati merupakan mahasiswa yatim piatu. Kedua orangtuanya dan adinya merupakan korban tsunami 14 tahun yang lalu. Selama ini dia tinggal bersama neneknya.

“Terima kasih kepada semua pihak, terutama pemerintah melalui UTU telah memberikan beasiswa bidikmisi kepada saya,” ungkapnya sambil menahan haru.

Ketua Penguji Dr Mursyidin, MA, menyampaikan, Fatmawati merupakan mahasiswa cerdas punya potensi masa depan yang cerah. Ia berharap, Fatmawati dapat melanjutkan pendidikan S2 dan S3 melalui program beasiswa LPDP bidikmisi.[]

 

EDITOR: JUNAIDI MULIENG