Karya: Nuril Hanafiah*
Menelusuri jalan setapak
Kadang bahkan bertaruh nyawa
Demi memerdekakan kesejahteraan
Memerdekakan sebuah kehidupan
Tanyakan pada sanubari
Tidak Malukah berteriak merdeka?
Tanyakan pada hati
Melihat hiruk pikuknya negeri,
Benarkah merdeka?
Antara manusia berdasi,
Dengan jiwa-jiwa pencari sesuap nasi
Senjang, setajur ambang memisahkan
Benarkah merdeka?
Hukum yang semakin lama semakin tajam saja
Berlaku bagi yang tak ada tahta.
Tanyakan lagi
Benarkah merdeka?
Hei para petinggi negeri..
Kicauanmu adalah dingin yang menyejukkan hati
Namun apa yang terlintas di hatimu, ketika melewati jembatan-jembatan berpenghuni?
Mereka yang ingin berteduh dari matahari,
Jangan, tak usah jawab
Tak usah katakan apa-apa padaku
Simpan baik-baik jawaban di hatimu tuan.
Mungkin terlalu banyak tanyaku
Negeri dijual kepada asing
Hutang juga menumpuk pada asing
Lagi, benarkah negara kita telah tujuh puluh dua tahun merdeka?
Ah, barangkali
Bagi sebagian manusia ini hanya topik sekilas tujuh belasan..
Tapi bagi sebagian lainnya, berhari-hari menanti kemerdekaan sesungguhnya.
Maksudku, merdeka akan diri, hati dan hidupnya sendiri
Benarkah merdeka?
Semoga memang Merdeka!!!
*Mahasiswi Jurusan Dakwah dan Komunikasi Islam STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh