Mendidik Jurnalis yang Berpihak pada Kebenaran

oleh -971 views
Dedi Iskandar wartawan Serambi Indonesia (tiga dari kanan), berfoto bersama siswa dan mentor Basajan Creative School (BCS) kelas Jurnalistik, Minggu 14 Januari 2018.

Meulaboh- Pria berkacamata itu tampak ramah menyapa siswa kelas jurnalistik Basajan Creative School (BCS). Senyum simpul menghiasi wajahnya. Usai mengucap salam, ia menyalami orang-orang yang ada di kelas BCS.

“Saya senang bisa berbagi bersama adik-adik di sini,” ucap Dedi Iskandar, wartawan Serambi Indonesia Biro Meulaboh, Minggu, 14 Januari 2018.

Hari itu, Dedi diundang khusus sebagai mentor tamu untuk mengisi mengisi materi filosofi profesi jurnalis di kelas jurnalistik.

“Apa yang dilakukan oleh Basajan merupakan suatu yang langka, terutama di Barat Selatan Aceh. Belum ada komunitas seperti ini, yang menggabungkan literasi dan media kreatif,” sambung pria yang menjadi wartawan Serambi Indonesia sejak 2006 ini.

Baginya, menjadi jurnalis merupakan pekerjaan mulia yang berpijak pada kode etik jurnalistik dan undang-undang pers. Ia juga berpesan, jangan sekali-kali menggadaikan harga diri hanya karena sejumlah materi.

“Harga diri dan kepercayaan sangat penting, untuk itu harus selalu dijaga dan dijunjung tinggi. Jangan sampai seorang jurnalis berpihak, kecuali pada kebenaran dan keadilan,” ujarnya.

Dedi menambahkan, menjadi jurnalis bukan pilihan pekerjaan bagi seseorang yang ingin jadi kaya secara materi. Bagi seorang wartawan, kekayaan sesungguhnya terletak pada pengetahuan dan jaringan yang dimiliki.

“Pekerjaan ini jalan untuk menunjukkan eksistensi kita, sebagai bukti kita pernah ada dan hidup,” ucapnya. Suasana kelas berlangsung santai. Dedi lebih senang mengajak para siswa untuk berdiskusi terkait profesi jurnalis.

Mariani, salah satu siswa jurnalistik mengatakan ia tertarik menjadi wartawan karena profesi ini baginya sangat unik. Dengan menjadi wartawan, dapat mengetahui banyak hal dari berbagai disiplin ilmu.

“Semua bidang, seperti budaya, ekonomi, politik, sosial, seorang jurnalis harus menguasainya, dan itu keren,” ujar gadis bertubuh mungil itu.

Sedangkan Muhammad Ikhsan, tertarik mengikuti kelas jurnalistik untuk belajar menulis dan membuka cakrawala berfikir. Ia juga menjadi paham makna dan filosofi kebenaran dan keadilan dalam jurnalistik.

“Bahwa jurnalis itu harus berpihak pada kebenaran, bukan kepada kepentingan kelompok,” ujarnya. []

 

Editor: Junaidi Mulieng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.