Media Sosial Tantangan Literasi Ruang Virtual

oleh -616 views
media sosial tantangan literasi ruang virtual
LUSIANA ANDRIANI LUBIS (BIDIKAN LAYAR ZOOM/BASAJAN.NET).

BASAJAN.NET, Meulaboh- Keberadaan media sosial hari ini menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan, sebagian besar fungsi media sosial hanya sebatas hiburan. Fungsi informasi, kontrol sosial, apalagi edukasi, masih sulit didapatkan.

“Seharusnya, fungsi edukasi lebih menjadi prioritas dibandingkan hiburan. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua,” ujar Lusiana Andriani Lubis, Jumat, 24 Juli 2020.

Hal itu disampaikan Lusiana saat tampil sebagai salah satu pembicara pada Webinar Jurusan Dakwah dan Komunikasi Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, melalui aplikasi zoom.

Guru Besar Komunikasi Antar Budaya Universitas Universitas Sumatera Utara (USU) itu, menguruaikan beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk membendung akses informasi di era virtual.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memulai dari hal yang paling kecil, yaitu diri sendiri dan keluarga. Kedua membangun kesadaran, dimana sudah menjadi tanggungjawab bersama untuk melindungi anak-anak dari bahaya media sosial.

Lusiana mengakui, generasi muda hari ini sangat mahir dalam menggunakan alat elektronik, serta mengenal berbagai akses dunia maya dengan baik, namun mereka belum dapat membedakan yang baik dan buruk.

Lusiana melanjutkan, terlebih di era virtual hari ini, dimana antara informasi yang benar dan hoax sulit dibedakan.

“Kalau tidak paham, lebih baik diam. Jangan sampaikan satu berita yang belum diketahui kebenarannya, dengan mudah disebarkan. Islam mengajarkan demikian,” tekannya.

Lusiana menuturkan, saat ini literasi media sangat diperlukan. Mulai dari lingkup terkecil keluarga, tetangga dan teman.

“Ambil iktibar (pelajaran), mau tidak mau, orangtua harus paham persoalan virtual. Literasi media harus diaktifkan, dibangun bersama-sama,” jelasnya.

Lusiana memaparkan, hal lainnya yang dapat dilakukan adalah memperkaya ilmu pengetahuan, terbuka pada kelemahan dan memiliki semangat untuk berubah, serta istikamah.

Menurutnya, di era virtual, setiap orang tidak bisa menghindar untuk tidak bermedia sosial. Hal ini dikarenakan ruang virtual juga dapat berdampak positif, jika terliterasi dengan baik.

“Covid-19 membuka mata hati. Banyak hal yang bisa diambil dari budaya virtual. Tidak ada kata terlambat, mari melek media, lakukan literasi media,” serunya kepada seratusan peserta.

 

Komunikasi Islam Sebagai Alternatif

Selain Lusiana, Webinar dengan tema Landasan Keilmuan Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam Ruang Budaya Virtual yang dimoderatori Heri Rahmatsyah Putra itu, juga menghadirkan Guru Besar Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sumatera Utara, Syukur Kholil dan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Riski Amal.

Media sosial tantangan literasi ruang virtual
SYUKUR KHOLIL. (BIDIKAN LAYAR ZOOM/BASAJAN.NET).

Dalam paparannya, Syukur Kholil memandang, kehadiran Komunikasi Islam menjadi alternatif memecahkan persolan komunikasi yang dialami manusia modern saat ini. Terutama dari segi filsafat ilmunya.

“Persoalan-persoalan yang terjadi hari ini, akan bisa dihindari dan dikikis dari kehidupan manusia, jika komunikasi dilakukan dengan damai dan santun, sesuai dari tujuan komunikasi itu sendiri,” ujarnya.

Menurut Syukur, nilai-nilai yang terkandung dalam Islam bersifat universal, yang dapat diterima seluruh umat manusia dan budaya berbeda.

Sementara itu, Riski Amal mengatakan, di era virtual kehadiran media sosial tidak dapat dibendung. Menurutnya, yang dapat dilakukan adalah memberikan nilai-nilai kejujuran kepada generasi muda, agar tidak menyebarkan kebohongan, atau membagikan hal yang tidak diketahui kebenarannya.

“Demikian juga generasi yang lebih tua, dapat memahami generasi muda, dengan saling belajar dan menerima. Sehingga dapat saling memahami berbagai persoalan, terutama yang muncul di era virtual,” jelasnya.

Menurut Riski, era virtual saat ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi lulusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dari perguruan tinggi keagamaan islam, terutama di Aceh.

“Jika tantangan-tangan yang ada hari ini bisa diatasi, saya rasa akan jadi peluang besar bagi lulusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Baik untuk dirinya, maupun orang lain,” yakinnya.

Ketua Jurusan Dakwah dan Komunikasi Islam, Adi Kasman berharap, kegiatan tersebut memberikan gambaran tentang pengembangan keilmuan di Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Sehingga ke depan, para lulusan KPI STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh semakin diperhitungkan dan siap bersaing di era virtual.[]

 

WARTAWAN: MELLYAN

EDITOR: JUNAIDI MULIENG

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.