Meulaboh– Jurnalis harus peka dengan situasi di sekitarnya. Mereka wajib mengasah semua indera yang dimiliki. Tak hanya melihat, namun juga mampu mendeskripsikan sesuatu yang dilihatnya.
“Hal paling utama dari pekerjaan jurnalistik adalah menyampaikan fakta konkrit, bukan fitnah atau opini di dalam beritanya,” ungkap Maimun Saleh, wartawan senior Aceh pada workshop jurnalistik lanjutan Himpunan Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi Islam (Hima DKI), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, di aula kampus setempat, Senin 20 November 2017.
Redaktur pelaksana Harian Rakyat Aceh tersebut, kepada 20 peserta workshop menyampaikan, setiap informasi yang diperoleh wartawan harus dicek kebenarannya. Terkait hal tersebut, Islam sudah lebih dulu mengajarkan umatnya untuk tabayyun.
“Cover both side kalau dalam istilah jurnalistik, agar tidak timbul fitnah pada berita yang kita tulis,” ujarnya.
Menurut Maimun, kelemahan utama jurnalis pemula adalah takut salah dan terlalu banyak memikirkan hal yang tak penting, sehingga menghambat mereka. Padahal, lanjutnya, yang harus dilakukan seorang jurnalis adalah menulis.
“Setelah ditulis, ada waktunya untuk memperbaiki, memperhalus bahasa, yaitu proses editing. Jadi tulislah, jangan terlalu banyak mikir,” sarannya.
Asha Amiella, peserta workshop menyatakan, kegiatan tersebut sangat membantu dirinya menumbuhkan minat menulis serta kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
“Kami tidak hanya dilatih menulis, tapi juga dilatih menjadi lebih peka dan melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda,” tuturnya.
Asha berharap, workshop tersebut menjadi awal yang baik mengasah kepekaan di bidang menulis.[]
Editor: Mellyan Nyakman