Basajan.net- Beberapa pekan terakhir, hampir seluruh sekolah di Indonesia disibukkan dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Siswa, guru dan pihak terkait berusaha melakukan yang terbaik, agar ujian nasional tingkat sekolah menengah atas sederajat ini dapat berjalan lancar.
Mulai dari pengadaan perangkat sampai tahapan simulasi. Wajar, sistem ujian ini tergolong baru dalam dunia pendidikan kita.
Namun di samping itu semua, masih saja ada kendala yang dihadapi di lapangan. Mulai dari prosesnya yang menuai kritik, dikarenakan banyak sekolah yang belum mempunyai fasilitas pendukung, sampai dengan fenomena listrik padam yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pihak sekolah pun harus mencari alternatif, menyediakan generator set (genset). Belum lagi dengan masalah siswa yang mengundurkan diri dari peserta UNBK dengan berbagai alasan.
Sebenarnya apa itu UNBK?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya teringat satu nasehat dari seorang Jenderal China yang sangat ahli dalam strategi militer, juga seorang filsuf bernama, Sun Tzu.
Dalam bukunya The Art Of War, Sun Tzu mengatakan, untuk memenangkan suatu perperangan ada tiga hal yang perlu dikuasai, yaitu diri sendiri, lawan, dan medan (area tanding). Jika salah satu tidak dikuasai maka takkan ada kemenangan, jika semua dikuasai maka kemenangan yang didapat akan lengkap.
Nah, jika ingin menjadi pemenang dalam UNBK? Seharusnya kenal dulu kemampuan diri sendiri, seberapa besar penguasaan materi ujian, apa yang akan dijawab dan sebagainya.
Kemudian, kenali kawan seperjuangan yang sekarang menjadi “lawan” dalam UNBK untuk memperoleh kelulusan.
Ini penting, jika merasa lawan lebih baik, seharusnya bisa segera memperbaiki diri dan segera mencari tahu agar bisa lebih tau dari yang lain. Jadi upaya menguasai lawan bisa dilakukan dengan baik.
Terakhir, kenali medannya (area tanding). Dalam “pertempuran” perebutan prestasi ini, UNBK adalah sebagai medannya. Oleh karena itu, seharusnya kita betul-betul harus mengenali apasih sebenarnya UNBK itu?
Berikut penjelasan Tujuh fakta tentang UNBK yang harusnya diketahui.
Pertama, UNBK pertama sekali dilakukan tahun 2017, hal ini dilakukan meminimalisir kecurangan dan pemeriksaan hasil pun lebih mudah dan lebih cepat karena langsung input komputer.
Pelaksanaan ujian akan lebih efektif dan efisien. Nggak perlu lagi mencetak banyak soal dan membuang kertas, ribet membagikan soal ke pelosok tanah air, dan sebagainya.
Jika di sekolahnya nggak ada fasilitas yang memadai untuk dilaksanakan UNBK, maka akan dilakukan secara tertulis.
Kedua, seandainya mengalami kejadian seperti sinyal tidak terkoneksi, komputernya mati, atau error dapat dilaporkan saja pada pengawas. Waktu pengerjaan soal tidak akan dipotong dan jawaban kamu akan tersimpan secara otomatis.
Ketiga, pelaksanaan UNBK tidak dilaksanakan secara serentak, ini untuk menghindari kesalahan teknis yang rentan terjadi. Untuk SMK dilaksanakan lebih dulu 3-6 April, sementara SMA/MA 10-13 April.
Keempat, nilai yang diperoleh dari hasil ujian sama sekali tidak berpengaruh terhadap jurusan dan disiplin ilmu yang akan diambil saat ingin melanjutkan kuliah, Nilai yang diperoleh hanya mengukur kemampuan terbaik.
Kelima, tidak ada batas nilai kelulusan, tahun ini sistem ujian nasional hanya digunakan untuk melihat sejauh mana pencapaian siswa, namun jika ada yang mendapat nilai dibawah 55, boleh melakukan perbaikan dengan ikut ujian bersamaan dengan ujian susulan.
Keenam, Tidak ada soal essai, soal yang dibuat oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Lembaga Sandi Negara, semuanya dalam bentuk pilihan ganda.
Ketujuh, apa yang terjadi pada pelaksanaan tahun ini akan dievaluasi, oleh karena itu untuk penyelenggaraan tahun 2018 belum tentu dengan tata cara yang sama dengan tahun 2017. Jika ada yang dianggap kurang efektif, ada kemungkinan diubah.
Demikian fakta-fakta tentang pelaksanaan Ujian Nasional dengan tajuk UNBK tahun ini. Semoga kemenangan berpihak pada siswa se Tanah Air untuk lulus.
Pada dasarnya pemerintah berupaya terus untuk memperbaiki pendidikan Indonesia, namun perencanaan dan kajian efek-efek yang timbul sering diabaikan. Sehingga memunculkan perdebatan di masyarakat.[]
Editor: Junaidi Mulieng