Sebagai guru zaman now, harus memiliki mental kuat secara pribadi serta sadar bahwa menjadi guru baik juga kreatif memang tidak mudah butuh perjuangan.
Oleh: Hendra Kurniawan*
BANYAK artikel yang terus menyudutkan profesi guru dan disinyalir fenomena ‘Kids Zaman Now’ menjadi faktor terkait hingga sebagian orang meragukan kredibiltas mereka kini. Masyarakat saat ini menilai guru tidak mampu menguasai siswa, tidak mahir memanfaatkan fasilitas sekolah, tidak dapat menggunakan media dan sebagainya.
Guru dianggap telah gagal dengan bermunculan berbagai kenakalan remaja di masyarakat. Berbeda halnya dengan guru-guru zaman dahulu lebih pandai bahkan bisa meredam tindakan amoral dan kejahatan siswa skala kecil hingga besar ketimbang guru-guru sekarang dengan segala fasilitas serba memadai.
Mindset tersebut tentu perlu diluruskan. Jangan sampai profesi guru dipandang sebelah mata. Apalagi guru dijadikan sasaran atas ketidaksuksessan generasi terdidikp. Perlu diingat bahwa Tri Pusat Pendidikan terdiri atas keluarga, sekolah dan masyarakat? Lantas, mengapa hanya sekolah yang harus bertanggub jawab?
Guru melek teknologi
Guru zaman “now” harus melek teknologi. Bukan justru membatasi, melarang bahkan menjauhi siswa dengan kecanggihan internet masa kini. Guru kreatif pasti akan membuka ruang bagi anak didiknya secara serius dalam memanfaatkan internet.. Walau hanya sekedar menjadikan rujukan sekunder di samping ketersediaan buku paket pelajaran.
Tantangannya adalah tidak semua guru (mau) melek teknologi dan tidak semua guru juga berusaha untuk belajar mengimbangi kondisi tersebut. Bisa dikatakan bahwa guru yang demikian acuh tak acuh dengan perkembangan anak didiknya bahkan jauh dari predikat guru zaman now yang mumpuni dalam keilmuan.
Berdasarkan riset di luar negeri, kasus penggunaan komputer sebagai media pembelajaran membantu siswa dan kaum terdidik tertarik pada materi yang disampaikan. Namun hal itu hanya sebatas untuk meyakinkan saja. Sebagai guru ‘zaman now’, sudah sepantasnya berperan sebagai penggerak guru-guru lain yang lahir di awal abad ke-21 untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan teknologi informasi khususnya internet. Dengan begitu, tidaklah berlebihan menyebut guru melek informasi sebagai guru harapan masa depan, guru profesional.
Tantangan dan peran bersama
Sebagai guru yang profesional, harus mewanti-wanti adanya isu yang mengatakan bahwa teknologi sewaktu-waktu bisa menggantikan peran guru sebagai fasilitator belajar. Namun, kian hari semakin membuktikan bahwa isu tersebut bukan hanya isapan jempol belaka.
Belakangan ini buku pelajaran di sekolah telah didigitalisasi. Bahkan situasi seperti ini telah mendapat label “pendidikan cerdas” (Yee-Jin Shin: 2013), jelas ada upaya keras untuk menggantikan buku pelajaran sekolah ke dalam perangkat digital. Maka bersiaplah sebagai orang tua, lingkungan pendidikan anak-anak pun akan berakhir. Digitalisasi buku pelajaran tidak terlalu menjadi persoalan, yang menjadi tugas tambahan adalah guru, orang tua dan masyarakat harus menyediakan lingkungan interaksi anak yang mampu menggantikan suasana sebelum adanya buku digital. Bahkan perpustakaan nasional (perpusnas), sudah mendigitalisasi buku yang telah dimulai pada Agustus 2017. Sebagai guru yang notabenenya patut digugu dan ditiru harus harus segera hijrah dari ideologi guru zaman old menuju generasi guru zaman now.
Sebagai guru zaman now, harus memiliki mental kuat secara pribadi serta sadar bahwa menjadi guru baik juga kreatif memang tidak mudah butuh perjuangan. Dan terpenting untuk perlu digarasibawahi adalah peran masyarakat dan orangtua harus sejalan dengan transfer ilmu yang diberikan guru di sekolah. Mereka juga harus ikut mengawasi dan menuntun anak-anak dari hal-hal negatif termasuk didalamnya pengaruh internet terhadap dirinya. Semoga!
*Pendidik dan penggagas gurumenulis.com
Email: hendraleokurniawan@gmail.com