Gelisahlah Maka Kau Ada

oleh -739 views
Suasana pembukaan kelas perdana Basajan Creative School (BCS), Sabtu, 13 Januari 2018.

Meulaboh- “Tuleh lage na laju.” Tulisan berwarna putih itu terlihat begitu menonjol pada banner dengan latar merah di sudut kiri bawah dan atasnya. Secara harfiah, kata-kata itu memiliki makna “tulis apa adanya.”

Di bagian tengah banner yang dominasi warna putih, merah dan hitam itu, tertulis “Bad News is Not Good News”, dengan latar vektor peta dunia. Di bagian atas banner yang berdiri tegak di sisi kiri ruangan terdapat logo Basajan.net. Banner tersebut bersanding apik dengan banner lainnya, Basajan Creative School (BCS) yang didominasi warna orange dengan tagline “excellent with creativity.”

Hari itu, Sabtu 13 Januari 2018, lima belas anak muda, laki dan perempuan, memenuhi ruangan seluas 5×8 meter. Mereka adalah siswa Basajan Creative School atau BCS yang dinyatakan lulus seleksi. Hari itu, kelas perdana BCS dimulai.

Di ruang bercat kuning pudar, yang di beberapa sisi sudah mulai terkelupas itu, juga terdapat dua rak buku yang dicat kontras, kuning dan hitam. Buku berbagai genre berjejer di dalamnya. Sebuah meja dan dua papan tulis melengkapi dekorasi ruangan.

“Alhamdulillah, berbahagia sekali bisa melihat kawan-kawan semua di sini, selamat bergabung,” ujar laki-laki hitam manis itu sambil tersenyum.

Namanya Junaidi Mulieng, 33 tahun. Ia adalah pendiri sekaligus kepala BCS. Hari itu ia memakai baju kaos abu-abu dan celana kain hitam. Gaya bicaranya tegas. Sorot matanya tajam.

Laki-laki yang sebelumnya pernah aktif di dunia kewartawanan ini, punya ambisi besar untuk membentuk generasi muda Aceh yang kreatif.

“Kehadiran BCS sebagai lembaga literasi media kreatif didasari pada kegelisahan kami pada kondisi anak muda di Barat Selatan Aceh, yang jarang mendapat kesempatan seperti anak muda di daerah lain untuk mengembangkan potensi mereka,” ungkap Junaidi Mulieng.

BCS secara resmi didirikan pada Jumat, 14 April 2017, sebagai wadah kreatif bagi anak muda Aceh, khususnya di kawasan Barat Selatan. BCS merupakan lembaga pendidikan non-formal yang memadukan antara literasi (membaca dan menulis) dengan media kreatif. BCS merupakan sekolah literasi dan media kreatif pertama di Barat Selatan Aceh (Barsela).

Saat ini, aktivitas literasi media kreatif yang ia gerakkan bersama delapan pemuda kreatif lainnya, masih memanfaatkan ruang tamu rumah mertuanya, di Jalan Singgahmata II Simpang Bungong Jaroe, Gampong Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh, Aceh Barat.

BCS sendiri merupakan lembaga pendidikan kreatif dalam kelompok usaha Basajan Group bersama dengan Basajan.net dan Basajan Bisnis Kreatif. BCS membuka lima kelas, yaitu sastra, jurnalistik, fotografi, desain grafis dan videografi. Untuk kelas jurnalistik, BCS menerima lima siswa, sastra enam siswa, desain grafis dua siswa, fotografi dan videografi masing-masing satu siswa.

Junaidi Mulieng menjelaskan, BCS diutamakan bagi kalangan muda di Barat Selatan Aceh. Dengan harapan, akan meningkatkan kemampuan observasi, berpikir sistematis, logika bertutur dan efisiensi berbahasa. Karena di era digital, dengan revolusi internet dan media sosial, kemampuan berpikir dan menghasilkan karya kreatif semakin dibutuhkan. Baik dari segi penulisan, foto, desain maupun video, yang dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi kepada masyarakat luas.

“Kehadiran BCS diharapkan mampu menjadi “mesin” untuk melahirkan generasi-generasi muda berbakat dalam bidang literasi dan media kreatif,” kata Direktur Basajan Group itu.

Ia menjelaskan, jika dihitung sejak aktivitas media kreatif digerakkan tahun 2016, BCS telah menghasilkan dua angkatan, yang sekarang menjadi pengurus sekolah tersebut.

“Mulanya hanya membuka dua kelas penulisan kreatif; Jurnalistik dan Sastra. Sekaligus ditandai sebagai terbentuknya lembaga literasi dan media kreatif pertama di Barat Selatan Aceh,” papar dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh ini.

Keberhasilan dua kelas “percobaan” tersebut, yang awalnya bertujuan untuk menunjang aktivitas Basajan.net, media online yang lahir dua bulan sebelumnya, melahirkan keinginan untuk mengembangkan BCS ke arah yang lebih serius.

“Kelas ini sendiri bertujuan membentuk pribadi generasi muda yang kuat dan mandiri dengan jiwa entrepreneur tinggi, karena apa yang kita lakukan hari ini adalah kebutuhan untuk masa mendatang,” kata Junaidi.

Lelaki berhidung mancung itu berharap, siswa BCS kelas sastra dan jurnalistik dapat menghasilkan tulisan yang dapat menginspirasi. Siswa desain dapat berubah pola fikirnya, bawa desain itu tidak sebatas hanya desain spanduk dan baliho. Begitu juga dengan fotografi dan videografi. Dapat menghasilkan siswa yang kreatif, peka dan penuh ide kreatif.

“Jangan tergantung pada alat dan menjadikannya sebagai alasan. Hal terpenting adalah kemauan dan ide brilian, jika dua hal itu dimiliki, semua target akan terwujud,” jelasnya.

Di samping itu, BCS juga aktif memberikan layanan tutoring public speaking kepada sejumlah anak muda di Aceh Barat.

Meski secara resmi baru terbentuk, namun BCS telah menghasilkan berbagai karya, dari hasil kerja tim. Seperti Buletin Jeungki dan website Akademi Komunitas Negeri Aceh Barat, Tabloid Cakrawala dan website Majelis Pendidikan Daerah Aceh Barat, Buletin Lentera dan Al-Maslahah STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, serta Buletin TIMANG media mahasiswa Universitas Teuku Umar Meulaboh.

Dari segi prestasi, anggota BCS juga telah memenangkan beberapa penghargaan dalam berbagai bidang. Di antaranya, Juara I Desain Toko Online tingkat nasional UTU Awards 2016. Juara II Penulisan Artikel Tingkat Mahasiswa se-Aceh Barat yang dilaksanakan STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh tahun 2016. Juara III dan Harapan I Desain Toko Online Tingkat Nasional pada UTU Awards 2017. Nominator Lima Film Dokumenter Terbaik AFF 2017.

BCS dikembangkan dengan menerapkan pola pembinaan dan pelatihan. Generasi muda yang menjadi peserta BCS direkrut dengan sistem seleksi yang ketat. Tiap peserta BCS akan dibina selama tiga bulan, dalam bentuk kelas (ruangan dan luar ruangan), dengan pola pembejaran santai dan menyenangkan. Materi diberikan oleh mentor-mentor berpengalaman di bidangnya. Dari tiap kelas, masing-masing peserta diarahkan untuk melahirkan satu karya di akhir pembinaan. Karya-karya tersebut nantinya akan dicetak sebagai bahan publikasi kepada masyarakat luas.

“Saya juga berharap, setelah tiga bulan siswa BCS bisa terus melanjutkan berkarya, tidak hanya berakhir dengan selesainya kelas,” saran lelaki yang pernah menjadi jurnalis di berbagai media di Aceh itu.

Iis Haryani, gadis berjilbab hitam yang sejak awal terlihat antusias mengikuti pembukaan kelas BCS, menyatakan keikutsertaannya di BCS untuk mengembangkan kemampuan menulis, sekaligus memberanikan diri mempublikasikan karya-karya yang selama ini hanya menjadi konsumsi peribadi.

“Saya ingin mempublikasikan karya dan mengespresikan apa yang sedang saya rasakan, melalui cerpen atau puisi, karena itu saya memilih kelas sastra,” ujar mahasiswa Universitas Teuku Umar ini.

“Saya memilih BCS karena hanya BCS yang mengerti keinginan saya,” tambahnya.

Ariski Septian, mentor kelas Desaingrafis mengungkapkan kegembirannya terhadap antusias para pemuda Aceh Barat terhadap sekolah yang juga didirikan oleh para pemuda itu.

“Saya sangat bahagia hari ini melihat antusias teman-teman,” ujar pria berkacamata itu.

Ia juga menekankan, agar para siswa dapat menjaga kedisiplinan, dan mengikuti kelas dengan serius. Serta tetap mengaplikasikan ilmu padi. Semakin berisi semakin merunduk.

“Jangan pernah sombong agar ilmu yang ada semakin berkah dan bertambah,” tutupnya.

Pembukaan kelas perdana BCS juga diikuti dengan pengenalan para mentor tiap-tiap kelas. Secara keseluruhan ada sembilan mentor yang akan membimbing para siswa sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.

Di akhir pertemuan, Junaidi Mulieng juga membakar semangat para siswa dengan meneriakkan yel-yel.

“Basajan..!”

“Exellent wit creativity,” sahut para siswa dan mentor serentak dengan diikuti gerakan tangan.[]

 

WARTAWAN: MELLYAN

EDITOR: JUNAIDI MULIENG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.