BASAJAN.net, Banda Aceh- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala, meluncurkan buku tokoh pendidikan Aceh, Drs Alfian Ibrahim, MS. Launching yang berlangsung di aula fakultas setempat, Rabu 11 April 2018, mendapat sambutan luarbiasa dari seluruh undangan yang hadir.
Buku berjudul Alfian Ibrahim: Perjuangan, Pengabdian dan Cinta untuk Aceh, karya Mellyan Cutkeumala Nyakman ini, menceritakan tentang sosok Alfian Ibrahim sejak ia masih bocah di Gampoeng Likoet Meulaboh. Perjuangannya mengejar cita-cita di Banda Aceh, hingga menjadi birokrasi sekaligus akademisi di Universitas Syiah Kuala.
Dinamika selama memimpin Universitas Teuku Umar (UTU), sejak awal pendirian hingga negeri, menjadi titik buku ini. Cita-cita Alfian untuk membangun pendidikan di tanah kelahirannya, Aceh Barat dan Barat Selatan pada umumnya, tak semudah membalikkan telapak tangan.
Alfian dihadapkan dengan berbagai problema, baik internal dan eksternal yang harus diselesaikan. Mulai dari permasalan lahan, demo mahasiswa yang tak kunjung usai, hingga intrik politik.
Selain perjuangannya untuk membangun UTU, buku terbitan Bandar Publishing ini, juga mengisahkan tentang persahabatan dan cinta. Persahabatannya dengan Dayan Dawood, mantan Rektor Unsyiah membawanya pada satu pertalian hubungan keluarga yang abadi.
Alfian yang saat itu telah memiliki hubungan dekat dengan keluarga Dayan Dawood, resmi meminang seorang gadis jelita, Diwana Dawood, yang tak lain adalah adik kandung Dayan Dawood. Hari-hari yang dilalui Alfian bersama Diwana penuh dengan kebahagiaan. Sampai mereka dikarunia seorang putera.
Namun itu tak berlangsung lama. Keikhlasan Alfian mulai diuji. Putera pertamanya yang masih bayi, dipanggil oleh Khalik. Saat itu, Alfian sedang perjalanan dinas di luar kota. Ia tak sempat menatap bola mata putera kecilnya untuk terakhir kalinya.
Kesedihan Alfian tak berlangsung lama. Usai kehilangan anak pertamanya, Alfian dan Diwana kembali dikaruniai keturunan. Dua putera dan dua puteri. Usia mereka masing-masing terpaut dua tahun.
Waktu terus berlalu, anak-anak Alfian telah tumbuh besar. Hingga musibah besar dalam sejarah dunia melanda Aceh. Tahun 2004, kala gempa dan tsunami melanda Aceh, Alfian dan Diwana sedang berada di tanah suci Mekkah, menunaikan ibah haji. Ia mengetahui kabar musibah itu, lewat berita televisi. Keikhlasan Alfian kembali diuji. Musibah itu telah merenggut dua anaknya.
Alfian melewati ujian demi ujian dengan tabah. Hingga tahun 2006 ia membidani kelahiran operasional UTU hingga membawa kampus itu menjadi kampus negeri pertama di Barat Selatan Aceh.
Berbagai tantangan ia hadapi, termasuk ketika pemilihan rektor tahun 2010. Alfian mendapatkan suara terbanyak melalui pemilihan senat, namun ia tidak dilantik. Pihak yayasan ketika itu, melantik calon rektor yang tidak mandapatkan suara. Kejadian itu cukup membuat suasana kampus memanas. Berbagai demo terjadi, mahasiswa meminta hak Alfian Ibrahim dikembalikan.
Sekali lagi, keikhlasan Alfian Ibrahim diuji. Tanpa pikir panjang, Alfian kembali ke Banda Aceh, melanjutkan pengabdiannya. Semua kisah itu tertuang dalam bab berjudul Tanda Cinta Untuk Ayah.
“Saya sudah ikhlas dengan semua yang terjadi di masa lalu. Mari jadikan pelajaran bagi kita. Semuanya adalah saudara saya,” ujar Alfian Ibrahim.
Buku ini juga mengisahkan peran Alfian Ibrahim sebagai birokrasi yang bekerja di bawah kepemimpinan Gubernur Ibrahim Hasan dan Syamsudin Mahmud.
Selain itu juga beberapa impian Alfian untuk mendirikan sekolah untuk anak anak berkebutuhan khusus di Meulaboh, juga keinginan melahirkan kampus Intitut Teknik Meulaboh. Bersama yayasan Alfian Ibrahim Center (AIC) Alfian masih bekerja keras mewujudkan impiannya.
“Hanya itu kenang-kenangan kecil dari saya,” ucapnya.
Buku ini juga berisi testimoni dari tokoh-tokoh Aceh serta sahabat yang mengenal dekat sosok Alfian Ibrahim.
“Alahamdulillah setelah perjuangan yang cukup panjang buku ini bisa launching hari ini,” ujar Mellyan.
Mellyan berharap, kisah perjuangan dan pengabdian Alfian Ibrahim bisa menjadi pelajaran dan nenginspirasi semua pihak, terutama generasi muda.
“Meski tidak mungkin seseorang luput dari kesalahan, namun Alfian Ibrahim telah mencoba menginspirasi,” tambahnya.
Selain buku Biografi Alfian Ibrahim: Perjuangan, Pengabdian dan Cinta untuk Aceh, BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah juga melaunching dua buku lainnya yang mengisahkan tentang Alfian Ibrahim. Yaitu Alfian Ibrahim dan Universitas Teuku Umar dan Alfian Ibrahim The Conceptor of Higher Education from West Coast of Aceh yang ditulis oleh Rahmad Syah Putra dan Abdul Manan.
Kedua buku tersebut menceritakan kiprah Alfian Ibrahim dalam dunia pendidikan di Aceh, khususnya Barat Selatan Aceh. Selain itu juga menceritakan keterlibatan tokoh-tokoh penting lainnya yang memberi kontribusi dalam mengembangkan pendidikan di Aceh.
“Sosok Alfian Ibrahim penting untuk didokumentasikan, menceritakan perjalanan intelektualnya adalah kebanggan bagi saya,” ujar Rahmat Syah Putra.
“Semoga dapat memberikan pelajaran berharga bagi kita semua,” harapnya.
Peluncuran buku Biografi Alfian Ibrahim: Perjyangan, Pengabdian dan Cinta untuk Aceh dihadiri oleh keluarga besar Alfian Ibrahim, tokoh pendidikan Aceh seperti Yusny Saby dan Adli Abdullah, anggota DPRA Iskandar Dawod, Pimpinan DPRK Aceh Barat, Ramli, Rektor Universitas Teuku Umar, Jasman J Ma’ruf, Dekan FEB Unsyiah, Nasir Azis, Direktur Bandar Publishing, Mukhlisuddin Ilyas, pimpinan Basajan Creative School (BCS) dan Basajan.net, Junaidi Mulieng, civitas akademika Unsyiah, UTU dan STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, serta para mahasiswa. []
Editor: Junaidi Mulieng