Meulaboh- Ketiadaan biaya untuk memiliki rapa’i asli tak membuat sekelompok remaja patah arang. Berbekal kreatifitas, para pemuda itu mencari kaleng (plok) cat bekas sebagai ganti rapa’i.
Bocah Rapa’i Plok merupakan judul salah satu film dokumenter yang diputar pada gampong film di Panti Asuhan Suci Meulaboh, Senin 23 Oktober 2017.
Film yang disutradarai Nursalia Ansari tersebut bercerita tentang sekelompok remaja di Gampong Puloe Teukok, Pidie yang memiliki hobi memainkan alat musik tradisional Aceh, rapa’i. Namun karena tak memiliki rapa’i, mereka memanfaatkan bekas kaleng cat sebagai pengganti.
Tanpa malu-malu, para remaja tersebut duduk berjejer di tanah layaknya formasi pemain rapa’i profesional umumnya. Serentak, dengan penuh kekompakan, pemuda tersebut memukul bekas kaleng cat di depan mereka. Hingga menimbulkan bunyi nada yang enak didengar. Kemunculan rapa’i plok telah memberikan hiburan tersendiri bagi warga sekitar.
“Saya sangat terinspirasi dengan film itu,” ujar Saiful Bahri, salah satu murid yang menetap di panti asuhan tersebut.
Bagi Saiful, film tersebut memiliki pesan yang sangat kuat tentang arti kekompakan untuk mencapai sesuatu.
“Keinginan menjadi orang terkenal itu harus berusaha dan mempunyai jiwa yang besar. Seperti film tersebut,” tambahnya.
Gampong film merupakan program pemutaran film dokumenter terbaik Aceh Film Festival (AFF) tahun 2017, bekerjasama dengan Sigupai Sinema, komunitas film di Meulaboh.
Adapun film yang diputar adalah lima karya terbaik para peserta Aceh Documentary Competions (ADC) dan Aceh Documentary Junior (ADJ) 2017.
Baca juga: Empat Film Terbaik AFF Tayang di Meulaboh
Proses pemutaran film di Panti Asuhan hari itu menjadi momen tersendiri bagi murid-murid yang menetap di sana.
“Semoga film yang kita tayangkan menjadi inspirasi dan juga hiburan bagi anak-anak panti,” harap Mukmin, panitia AFF.
Selain Bocah Rapa’i Plok, panitia juga memutar tiga film lainnya yaitu Sigeupai Harapan, karya Revina Rahayu dan Muhamnad Noza dari Meulaboh, Ujian Negara dari Trumon, Aceh Selatan dan Beut Ba’da Magreb dari Aceh Besar.
Pemutaran film tersebut juga disaksikan oleh dewan guru, murid Panti Asuhan Suci dan juga mahasiswa/i dari berbagai perguruan tinggi yang berada di Aceh Barat.[]
Editor: Mellyan Cut Keumala Nyakman