BASAJAN.Net, Meulaboh- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek mengatakan, setiap jengkal daerah Aceh merupakan lokasi rawan bencana. “Berdamailah dengan bencana,” ujar Dadek, Selasa, 27 November 2018, di Meulaboh.
Dadek yang diundang sebagai pembicara pada sosialisasi siaga bencana yang diadakan Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HMTS) Universitas Teuku Umar, menyampaikan ada tiga prinsip penanggulangan bencana, yaitu sadar smong, sadar gempa, dan pengetahuan.
“Bencana tidak dapat dicegah, tapi kita bisa melakukan penanggulangan bencana dengan cara kesiapsiagaan, tanggap darurat dan rehab rekon,” jelasnya.
Dadek mengajak mahasiswa Teknik Sipil Universitas Teuku Umar (UTU) untuk ikut terlibat dalam penanggulangan bencana di Aceh. Seperti melakukan vokasi bangunan yang sudah dibangun, tahan tidaknya terhadap gempa. Ikut dalam Kaji Kebutuhan Pasca Bencana (JITU PASNA), untuk menghitung rumah rusak ringan dan rusak berat. Kemudian melakukan build better dalam membangun rumah pasca bencana.
“Kami dari BPBA menantang mahasiswa Teknik Sipil UTU untuk ikut dalam program BPBA, yaitu membangun tempory celter yang merupakan rumah sementara pengganti tenda,” ucapnya.
Tempory celter tersebut mampu dikerjakan oleh tiga orang, dalam waktu tiga jam, dengan ukuran 4×6 meter persergi.
Kepala Balai Jasa Kontruksi Wilayah I Banda Aceh, Yusuf Rachman, memaparkan beberapa prospek kerja lulusan Teknik Sipil. Di antaranya, surveyor pengendalian bangunan, konsultan konstruksi bangunan, insinyur situs pembangunan, insinyur struktural, insinyur air, manajer kontruksi dan pengacara hak paten serta beberapa lainnya.
“Selain ijazah, sarjana Teknik Sipil harus memiliki sertifikasi tenaga ahli dari Lembaga Pengembangan Jasa Kontruksi (LPJK), guna meningkatkan kompetensi di sektor kontruksi,” ungkapnya.
Yusuf mengatakan, ada tiga pilar kompetensi yang harus dimiliki sarjana Teknik Sipil, yaitu pengetahuan, terampil dan sikap. “Kita harus menjadi kaum intelektual berbudaya, terampil dan profesional. Jangan sampai karena tidak profesional kita menjadi monster profesi,” pesannya.
Sosialisasi Siaga Bencana dengan tema Sipil Tanggap Bencana menjadi salah satu agenda dalam kegiatan Civil Race and Exhibition (CRANE). Selain itu juga ada Public Discussion yang diisi oleh pemateri yang ahli dibidang keteknik sipilan. Sekaligus ajang mengenalkan Prodi Teknik Sipil UTU kepada masyarakat di Barat Selatan Aceh, terutama siswa SMA/MA.
Ketua Jurusan Teknik Sipil, Lissa Opirina berharap, mahasiswa Teknik Sipil bisa menjadi fasilitator dalam simulasi tanggap bencana bekerja sama dengan BPBA, sebagai bentuk penerapan terhadap mata kuliah mitigasi bencana. []
KONTRIBUTOR: PUTRI AGUS SILVIA
EDITOR: JUNAIDI MULIENG