Akhir Tragis Perjalan Bapak Film Indonesia Usmar Ismail

oleh -617 views
Usmar Ismail/tribun

BASAJAN.net, Meulaboh- Hari ini, Selasa 20 Maret 2018, Google Doodle merayakan ulang tahun ke-97, sosok Usmar Ismail yang dikenal sebagai Bapak Film Nasional. Lahir di Bukittinggi, 20 Maret 1921, Usmar Ismail menjadi salah satu tokoh penting bagi perfilman Indonesia.

Usmar Ismail memiliki semangat juang yang tak padam untuk membangkitkan perfilman Indonesia. Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan 33 karya film dari berbagai genre mulai dari drama, komedi satir, musikal, hingga film aksi. Tak berhenti di kursi sutradara, ia juga sempat menjajal kemampuan sebagai penulis skenario dan produser.

Dari 33 karyanya, tercatat dua film pernah menjadi box office kala itu: Krisis (1951) dan Tiga Dara (1956). Krisis, film bergenre komedi ini mendapat penghasilan paling tinggi sejak film Terang Boelan (1938). Adapun Tiga Dara merupakan film musikal yang menceritakan kisah asmara tiga saudara perempuan. Film ini telah direstorasi pada 2016 silam. Pedjuang (1960), Enam Djam di Djogja (1956).

Tak hanya itu, film arahan Usmar Ismail berjudul Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi) yang diproduksi tahun 1950, menjadi film pertama yang secara resmi diproduksi oleh Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat.

Hari pertama syuting film tersebut, yang kemudian diresmikan menjadi Hari Film Nasional oleh Presiden ketiga Republik Indonesia, B.J Habibie bersama Dewan Film Nasional. Advertisment Bersama Asrul Sani, ia pun memprakarsai berdirinya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) tahun 1955 yang menjadi lembaga kesenian pertama di Jakarta.

Studio film pertama Indonesia, didirikan Usmar Ismail pada 30 Maret 1950. Perfini nama studio itu, memproduksi film lewat usaha patungan dengan bank nasional dua kali, satu kali yayasan di Semarang, dan satu kali dengan Kodam IX Mulawarman.

Dalam buku Sejarah Kecil ‘Petite Histoire’ Indonesia Volume 2, Rosihan Anwar menuliskan, dengan perusahaan luar negeri Perfini pernah joint production dengan Singapura dua kali dan satu kali dengan Italia.

Di tengah popularitas berkat jasa-jasanya membangun perfilman nasional, tak banyak yang tahu cerita tragis yang pernah dialami Usmar Ismail. Tragedi itu lantas membawanya pada kematian di usia yang cukup muda, 49 tahun.

Rosihan Anwar juga pernah mengungkapkan kisah Usmar Ismail lewat artikel “Di Balik Manusia Komunikasi” dalam buku Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia.

Pada 1970, Usmar Ismail, sebagai direktur Perfini bekerja sama dengan perusahaan di Italia membuat film Adventures in Bali. Namun, proses produksi dan setelah film jadi, bermasalah. Menurut perjanjian, kata Rosihan, nama Usmar sebagai sutradara akan dicantumkan dalam versi film yang diedarkan di Eropa.

“Ternyata waktu Usmar berkunjung ke Roma melihat penyelesaian film Bali itu namanya sama sekali tidak disebut. Usmar sudah ditipu oleh produser Italia,” kata Rosihan, seperti dikutip dari Tirto.

Film tersebut tetap dirilis dengan judul Bali pada 1971, namun gagal menggaet penonton. Di tengah kesulitan itu, Usmar masih berjuang mempertahankan Perfini dan menggaji karyawannya.

Tak lama, Usmar jatuh sakit di rumahnya akibat pendarahan di otak. Malam sebelumnya, Usmar bahkan masih sempat menyelesaikan dubbing film terakhirnya, Ananda di studio Perfini. Keluarga dan sahabat-sahabatnya semalaman menungguinya.

“Ada pikiran untuk mengadakan operasi di otaknya. Namun, untuk itu tidak mungkin lagi,” ungkap Rosihan.

Usmar meninggal dunia pada 2 Januari 1971 tanpa sempat berpesan apa-apa pada keluarganya. Ia dikuburkan di Karet diantarkan oleh para kerabat dan para insan perfilman.

Saat kematiannya, Usmar berada di rumahnya yang sederhana. Rosihan bercerita, salah seorang kerabat pernah bersimpati pada kondisi sineas handal itu saat akhir hidupnya.

“’Saya tidak mengira Usmar sebagai sutradara film terkenal begitu miskin.’ Percaya atau tidak, tapi begitulah kenyataannya,” terang Rosihan.

Kini namanya diabadikan menjadi nama Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, yang berlokasi di Jakarta. Selain itu, sebuah ruang konser juga menggunakan namanya, yakni Usmar Ismail Hall yang menjadi tempat pertunjukan opera, musik dan teater hingga sekarang. Selamat ulang tahun, Bapak Film Nasional.

 

 

Dihimpun dari: Kompas Tekno dan Tirto

Editor: Junaidi Mulieng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *