Ulama Aceh Harus Mampu Satukan Umat Islam

oleh -1,279 views
Ketua PBNU Robikin Emhas (dua kanan) dan Bupati Aceh Barat, Ramli MS (tiga kanan), pada Seminar Nasional Kebangsaan Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Aceh Barat, di Aula Bappeda setempat, Ahad, 22 Desember 2019. (BASAJAN.NET/ANDIKA)

BASAJAN.NET, Meulaboh- Bupati Kabupaten Aceh Barat, Ramli MS berharap, ulama Aceh harus mampu menyatukan umat Islam, agar tak mudah terpengaruh dengan isu bohong (hoax), terutama tentang radikalisme dan intoleransi.

“Seperti isu pemerintah akan menghapus kurikulum agama di sekolah. Tapi faktanya, sampai sekarang tak dihapus kurikulum itu,” ujar Ramli MS saat menjadi pemateri Seminar Nasional Kebangsaan Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Aceh Barat, di aula Bappeda setempat, Ahad, 22 Desember 2019.

Ia menilai, peran ulama sangat penting dalam merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang mayoritas beragama Islam. 

Selaku kepala daerah, lanjut Ramli, dirinya sempat merasa resah dengan isu radikalisme. Terlebih selama ini, ia termasuk orang paling gencar menyerukan pelaksaan syariat Islam. 

“Dalam kajian saya pribadi, ini ada pihak luar yang ingin mengobok-obok NKRI dengan isu tersebut,” duganya.

Ramli menyampaikan, ulama Indonesia, khususnya Aceh, harus bersatu membimbing umat Islam. Ia khawatir, jika ulama dan negara lalai, Indonesia akan bernasib sama seperti bangsa-bangsa lain mayoritas penduduknya Islam. 

 

Islam Nusantara Bukan Agama Baru

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sekaligus Staf Khusus Wakil Presiden Republik Indonesia, Robikin Emhas, dalam materinya memaparkan, Islam Nusantara itu bukan agama baru, seperti yang digembar-gemborkan pihak-pihak yang tak senang dengan Islam.

Menurutnya, Islam Nusantara mengakomodir kearifan lokal yang telah menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Robikin mencontohkan, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tahlilan dan zikir bersama. 

Ia meyakini, hal tersebut tidaklah bertentangan dengan ajaran agama Islam dan sesuai dengan tuntunan alquran serta hadits shahih.

“Jika istilah di Aceh, ada Peusijuk (tepung tawar), yang bersifat tradisi di masyarakat lokal. Ini tidak bertentangan dengan norma agama,” jelasnya.

Robikin meminta, masyarakat jangan mudah terpancing dengan trik adudomba yang terkesan sengaja ingin memecah belah umat Islam di Indonesia. 

“Apalagi sampai ada hasutan tentang pemahaman Islam Nusantara yang keliru,” urainya.

Ia mengaku siap berada di barisan terdepan, untuk menentang praktik ajaran Islam yang ibadahnya tidak sesuai alquran dan ajaran Nabi Muhammad SAW. 

“PBNU dengan tegas menolak setiap tindakan dan pemahaman yang tidak sesuai ajaran Agama Islam,” tegas Robikin.

Seminar Nasional Kebangsaan tersebut, diikuti ratusan peserta dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) seluruh Aceh, pengurus pondok pesantren, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan pimpinan partai politik.[]

 

EDITOR: JUNAIDI MULIENG

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.