Solusi Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19

oleh -1,430 views
Ilustrasi Pendidikan di tengah pandemi Covid-19. Foto : pixaby dan mamikos.

Oleh : Rizqa Maulida Rahmi
Mahasiswi Statistika, Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala

 

BASAJAN.NET, Meulaboh – Corona virus disease (Covid-19) kian hari menambah daftar korban meninggal dunia di Indonesia. Data Worldometer pada tanggal 13 April 2020 menempatkan Indonesia sebagai negara pada peringkat ke – 11 Asia dengan 316 kasus, sehingga total positif Corona sejak 02 Maret 2020 sebanyak 4.557 orang (JPNN.com).

Bukan hanya Indonesia bahkan kondisi ratusan negara lainnya semakin mencemaskan. Corona turut memperburuk bidang pendidikan di Indonesia. Mulai siswa, mahasiswa, guru dosen ataupun orang tua mengalami kesulitan bersikap dan tak sedikit diantara mereka yang gagap menghadapi perubahan yang sangat drastis ini.

Aura kepanikan dan stress massal pun terasa dimana-mana. Hal ini akibat dari dipindahkan sekolah atau kampus ke rumah (home learning). Para orang tua pun ‘dipaksa’ berperan menjadi guru maupun dosen dengan jadwal, mata ajar dan target materi harian secara daring (online).

Orang tua terutama para ibu banyak yang tidak siap dari sisi teknis, keilmuan dan pemahaman, skill maupun mental sebagai pengajar. Ditambah lagi dengan mereka yang gaptek (gagap teknologi) dan kekurangan fasilitas. Dan juga mereka tidak mempunyai perangkat Android dan kuota rutin untuk terus mengakses.

Siswa dan mahasiswa terus mengeluh karena bosan, merasa tertekan serta dikejar tugas harian yang menumpuk dalam batas waktu bersamaan. Akhirnya belajar di rumah bagi mereka, makin terasa tak menyenangkan.

Lenny N Rosalin Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak dalam konferensi pers, Sabtu (11/4/2020), mengatakan bahwa 58% anak memiliki perasaan yang tidak menyenangkan selama menjalani kebijakan belajar di rumah. Sedangkan, 38% anak berpendapat bahwa sekolah belum memiliki program yang baik dalam menerapkan kegiatan belajar di rumah.

Sementara itu, Guru dan dosen pun tak kalah stresnya. Mereka tidak sepenuhnya memiliki kompetensi melalui sistem kerja daring. Apalagi selama ini kesempatan meng-upgrade kemampuan serta fasilitas dari negara masih kurang.

Sementara itu, guru dan dosen sering menjadi pihak yang paling banyak dikritisi dan dipersalahkan. Padahal guru/dosen hanya menjalankan aturan sistem yang tidak sepenuhnya siap menghadapi situasi kritis seperti sekarang.

Kembali bisa dikatakan bahwa, aura kepanikan dan stress massal selama masa darurat pandemik covid-19 ini, bukan hanya disebabkan oleh lemahhnya kompetensi siswa, mahasiswa, orang tua, guru dan dosen saat menghadapi wabah dan kurikulum pendidikan yang rapuh dan tidak memberi ruang cukup bagi pembentukan kepribadian dan life skiill.

Penanggulangan dalam kondisi wabah, dalam sejarahnya Islam telah pernah menetapkan kebijakan lockdown atau karantina wilayah. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya.” (HR Imam Muslim).

Berdasar hal tersebut, belajar di rumah pun menjadi kebijakan yang harus diambil. Meski demikian, kondisinya tentu tidak seperti pelaksanaan belajar di rumah saat ini yang banyak menimbulkan kepanikan, baik dari siswa,mahasiswa, orang tua hingga guru dan dosen.

Bagaimana kebijakan belajar di rumah yang idealnya tanpa mengurangi esensi pendidikan?

Pertama, ketegasan tujuan pendidikan baku yang harus diemban seluruh pemangku pendidikan baik negara, siswa/mahasiswa, guru/dosen, tenaga kependidikan, hingga oleh orang tua.

Kedua, penguasaan ilmu dan teknologi komunikasi yang handal. Maka, keterbatasan guru/dosen, siswa/mahasiswa dan orang tua untuk melakukan pembelajaran daring bisa diminimalisir. Berbeda dengan kondisi saat ini, masih ada guru/dosen, siswa/mahasiswa, dan orang tua yang gagap teknologi komunikasi.

Dan Ketiga, belajar di rumah ditopang oleh perekonomian yang stabil sehingga mampu menopang kehidupan ekonomi rakyat yang membutuhkan bantuan akibat lockdown. Orang tua tak perlu bekerja di luar. Mereka bisa optimal membantu proses belajar di rumah dengan sebaik-baiknya.

Belajar di rumah saat wabah pun tak perlu berkeluh kesah. Sesuatu yang sulit, bukan berarti tidak mungkin. Semoga wabah kali ini membawa spirit kuat bagi generasi sekarang tuk kemajuan kejayaan negara ke arah yang cemerlang.[]

 

 

EDITOR : NURKHALIS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.