Peringati Maulid, Wali Nanggroe Santuni Anak Yatim

oleh -1,635 views
Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud memberikan santunan kepada anak yatim pada peringatan Maulid Nabi di Komplek Meuligoe Wali Nanggroe, Kamis 5 Desember 2019. (BASAJAN.NET/ISTIMEWA)

BASAJAN.NET, Banda Aceh- Memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi 1441 Hijriah, Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al Haytar, menyantuni 200 anak yatim yang berada di gampong-gampong seputaran Komplek Meuligoe Wali Nanggroe.

Selain menyantuni anak yatim, peringatan Maulid Nabi juga diisi dengan tausiah yang disampaikan oleh Nuruzzahri Yahya atau Waled Nu, kenduri dan doa bersama yang dipimpin Abi Mawardi Hasyim. Kegiatan berlangsung di Komplek Meuligoe Wali Nanggroe, Aceh Besar, Kamis 5 Desember 2019.

“Bagi orang Aceh, perayaan Maulid Nabi Muhammad sudah mendarah daging sejak zaman kesultanan. Mari kita jadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan,” ajak Waled Nu dalam tausiahnya.

Sementara itu, Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al Haytar dalam keterangan tertulis kepada redaksi Basajan.net mengingatkan, pentingnya mempelajari sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW. Khususnya tentang perjalanan hidup Rasulullah SAW dalam mengenalkan aqidah Islam dan membangun peradaban Islam seantero dunia, lebih dari 14 abad silam.

 

Singgung Perdamaian

Pada kesempatan itu, Wali Nanggroe juga mengingatkan tentang perdamaian Aceh dan sepakat untuk merawatnya.

“Karenanya, tidak boleh ada pihak yang mencoba mengusik perdamaian Aceh. Baik sengaja atau pun tidak,” tegas Malik Mahmud.

Ia mengatakan, selama perdamaian itu masih berada pada jalurnya, tidak boleh ada satu kekuatan pun, baik yang terkoordinir maupun tidak, yang berniat mengganggu proses perdamaian yang telah dijalani sejauh ini selama 14 tahun.

“Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan kita membenci sesama muslim hanya karena perbedaan suku, perbedaan bahasa, perbedaan pakaian yang dikenakan. Sebaliknya beliau mengajarkan bahwa sesama muslim itu bersaudara,” katanya.

Semangat tersebut, lanjut Malik Mahmud, telah memberi inspirasi kepada perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia, pada 15 Agustus 2005 silam, setelah konflik bersenjata 30 tahun.

“Baik buruknya keadaan masyarakat Aceh ke depan, bersatunya atau ambruknya persaudaraan Aceh ke depan sangat ditentukan oleh pelaksanaan UUPA,” sebut Malik.

Menurutnya, Pemerintahan Aceh yang berisikan putra-putri terbaik, perlu mempelajari sejarah dengan sebenarnya. Sebab, untuk mewujudkan peradaban Aceh yang mulia dan bersyariat, orang Aceh harus memiliki visi yang sama.[]

 

EDITOR: RAHMAT TRISNAMAL

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.