Dari Gampong ke Internasional

oleh -1,085 views
Foto: Dokumen SDN Percontohan Meulaboh

Dari mulanya hanya sekolah gampong di pinggir Kota Meulaboh, SDN Negeri Percontohan kini menjelma sekolah favorit di Bumi Teuku Umar.

 

GUNDUKAN tanah bercampur patahan dan akar kayu menutupi sepanjang jalan. Seorang gadis kecil terseok-seok menaiki gundukan setinggi hampir sepuluh meter yang menutupi badan jalan. Sesekali bau menyengat terbawa angin. Bahkan masker yang menutupi wajah mungilnya tak mampu menahan bau mayat yang terhimpit di antara akar pepohonan, puing bangunan dan rawa-rawa. Sekolah adalah tujuannya hari itu. Hanya berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya.

Gundukan itu terbentuk dari dahsyatnya gelombang tsunami, mengeruk tanah hingga akar pohon hampir sepanjang jalan di Desa Seuneubok, Simpang Bungong Jaroe, Meulaboh Aceh Barat. Menyisakan lubang-lubang berbentuk kolam menganga lebih dari sepuluh meter di sisi kiri atau kanan jalan.  Tiga bulan setelah tsunami menggulung Aceh 26 Desember 2004, gundukan itu baru dibersihkan.

Desi Melati, siswa kelas V Sekolah Dasar (SDN) Negeri 22 Meulaboh yang selamat dari amuk tsunami semangat bersekolah. Maklum, itu hari pertamanya berjumpa dengan guru dan teman temannya, setelah berbulan-bulan mengungsi dan tidak bersekolah. Meski belum berseragam dan masih trauma pasca bencana, keinginannya bersekolah tidak pernah surut.

Sekolah memang mulai beroperasi, namun mereka tidak belajar sesuai kurikulum. Bersama relawan, anak-anak diberi therapy healing berupa permainan, berbagai macam kuis untuk mengurangi trauma bencana bagi anak-anak. Di antara trauma dan beratnya kehidupan pasca bencana, anak-anak tetaplah anak-anak, dunia mereka adalah dunia bermain. Seluruh mata dunia sedang tertuju ke Aceh.

“Mulai dari bule-bule sampai mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) datang ke sekolah, kami dapat buku, tas, dan baju sekolah,” kenang Desi.

Memang awalnya mereka tidak menggunakan seragam sekolah, karena sebagian besar siswa sekolah itu merupakan korban tsunami. Rumah mereka ada yang rusak dan hancur. Bulan ketiga anak-anak mulai memakai baju sekolah, namun hanya sebagian dari mereka yang memiliki seragam, hingga kemudian diberikan bantuan seragam dan perlengkapan sekolah lainnya.

Desi ingat, mereka pernah direkam salah satu stasiun televisi luar negeri. Anak-anak di Negara tersebut mengirimkan langsung lukisan berisi ucapan semangat untuk anak-anak korban tsunami. Desi terpilih di antara teman temannya menyampaikan ucapan terimakasih yang direkam dan divideokan oleh stasiun televisi asing.

“Terimakasih untuk teman-teman yang sudah menyemangati kami,” ujarnya di depan kamera saat itu. Desi bersama teman-temannya juga membuat lukisan, dikirim untuk anak-anak yang memberikan semangat untuk korban tsunami Aceh.

Sekolah itu mulanya cukup sederhana, terdiri dari enam kelas, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan yang bukunya kurang update, kantin sederhana dan satu kamar mandi.

“Meskipun sederhana, dengan buku yang kurang update, namun prestasi lumayan. Kegiatannya lumayan, guru-gurunya juga bagus. Cuma mungkin karena faktor sekolah di kampung dan yang sekolah rata-rata anak kampung mungkin bukan favorit saat itu,” ujar gadis bertubuh mungil itu.

Desi menilai guru-guru saat itu juga terlihat pesimis. Ia ingat sekolah mereka pernah diundang mengikuti cerdas-cermat tingkat kabupaten, namun tidak didaftarkan. Namun ketika mengikuti pesantren kilat saat bulan Ramadhan, anak-anak membuktikan jika mereka tidak kalah bersaing dengan sekolah lain. Desi termasuk yang mengikuti cerdas-cermat, mereka meraih juara dua.

“Bukan sekolah favorit, hanya sekolah kampung. Namun prestasi lumayan. Dulu sepertinya sudah mau sekolah dan tamat saja sudah bagus, tamat SDN ramai yang langsung kawin,” ungkap Desi.

Ketika sedang belajar bersama para relawan, Desi dipanggil oleh gurunya, ia diminta mengikuti ujian. Belakangan ia tahu ujian tersebut untuk tes sekolah percontohan bantuan dari PT. Astra International Tbk. Mereka dipilih dari tiga sekolah, setiap sekolah diwakili 20 siswa terbaik. SDN percontohan dibangun di lokasi awal SDN Negeri 22 Meulaboh.

Selama proses pembangunan, kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke sekolah darurat di jalan Generasi, sekitar 700 meter dari lokasi sekolah. Kelasnya hanya tiga, berdinding kayu. Guru membagi anak-anak sekolah pagi dan sekolah siang. Mengingat kelas yang sangat terbatas.

“Kelasnya hanya tiga, dindingnya kayu, Ujian Nasional (UN) kami jalani di situ, alhamdulillah lulus semua,” kenangnya.

Desi juga sempat menari untuk peletakan batu pertama sekolah SDN Negeri percontohan. “Tarian penyambut tamu khas Aceh, Ranub Lampuan,” ujar gadis yang dari kelas satu hingga kelas enam ini mendapat juara satu.

“Pernah sekali dapat juara dua, itu pun sampai nangis seharian,” ujarnya sambil tertawa.

Ia melihat perubahan yang cukup signifikan dari sekolahnya dulu. “Berbeda sekali, Sekarang semuanya lebih bagus, gedungnya, fasilitasnya dan guru-gurunya semua berkompeten. Prestasinya bagus. sekarang sekolah gampong itu menjadi salah satu sekolah favorit di Aceh Barat,” ujarnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat dasar, ia melanjutkan pendidikan di sekolah paling favorit di Meulaboh, dan masih mempertahankan preastasi di tiga besar. Ia juga sering mengikuti berbagai perlombaan, termasuk Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) bidang cerdas-cermat hingga tingkat provinsi dan berhasil meraih juara satu. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Fajar Harapan di Banda Aceh, sekolah favorit di Aceh.

Waktu berjalan begitu cepat, 13 tahun setelah tsunami, Desi bukan lagi gadis kecil yang berjalan terseok-seok di gundukan tanah yang terbawa tsunami. Ia menjelma menjadi mahasiswa Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh. Ia kini sedang menyelesaikan pendidikan sebagai seorang dokter di kampus jantong hate (jantung hati) rakyat Aceh ini.

“Saat ini sedang Coass,” ucap gadis kelahiran 5 Desember 1994 itu.

Menjadi seorang dokter memang cita-citanya sejak kecil, dan kini ia sedang meraih impiannya. Kelulusannya di jurusan kedokteran dimulai saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Ia mengikuti Tes Penjajakan Bidang Ilmu (TPBI), dan mendapatkan nilai A+ untuk seluruh Aceh. Itulah jalan yang memudahkannya semakin dekat dengan cita-cita, memasuki gerbang Fakults Kedokteran.

“Saat itu cuma dua orang yang mendapat A+, alhamdulillah,” ujarnya.

***

BANGUNAN berlantai dua dengan dominasi warna cream dan tiang yang dicat merah pupus itu terlihat kokoh. Pada bagian depan gedung terdapat tulisan SDN Negeri Percontohan Meulaboh, Publik Primary Model School, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI), The Pioneering School for International Standart, beserta alamat lengkap sekolah.  Di bagian depan, terdapat pos satpam yang dicat dengan warna senada. Pagar kokoh mengelilingi sekolah seluas lima hektar tersebut.

Sekolah percontohan itu dasarnya terdiri dari dua gabungan sekolah, yaitu SDNN 22 dan SDNN 1 Meulaboh. Setelah mendapat bantuan dari PT. Astra, sekolah ini berbenah, memiliki fasilitas lengkap. Di antaranya lab Bahasa, lab Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), lab Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), lab komputer, lab Matematika dan sebagainya.

“Kita lagi merancang lab Pendidikan Agama Islam (PAI). Sekarang menggunakan perpustakaan atau pusat kegiatan guru untuk lab PAI,” terang Mardawati, Wakil Kepala SDN Percontohan Meulaboh.

Seperti namanya, SDN Percontohan memang menjadi rujukan bagi sekolah lain. Telah menggunakan kurikulum K13 sejak lima tahun lalu. Sekolah tersebut sebagai pilot project. Kini, sekolah tersebut menjadi pembina atau sekolah rujukan bagi sekolah lain. Tempat orang bertanya. Sekarang yang menjadi sekolah binaan SDN percontohan antara lain SDN 26, SDN 8, SDN 19, SDN 24 dan beberapa sekolah lainnya.

“Biasanya yang dibina itu mengenai administrasi, pembelajaran, dalam bentuk pelatihan,” ujar Marda.

 

Dewan guru. (Foto: Doc. SDN Percontohan Meulaboh)

 

Sebagai instruktur, Marda terlibat aktif dalam pembinaan bagi sekolah lain. Biasanya setiap Sabtu, SDN Percontohan mengadakan kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG). Marda merupakan instruktur binaan dari PT. Astra. Ia mendapatkan pelatihan langsung dari pihak yang berkompeten di bidangnya. Bahkan guru-guru di SDN Percontohan dikirim ke Jakarta untuk mendapatkan pembinaan dan dimagangkan Selama dua hingga enam bulan. Pelatihannya bertujuan untuk membangun mental guru dan anak pasca bencana tsunami, memperbaiki administrasi, hingga kompetensi guru sekolah.

“Ketika sekolah masih jadi binaan Astra, dulu kita juga diberikan instruktur. Misalnya kurikulum, modul pemberalajaran hingga strategi belajar mengajar. Sekarang kita mencoba berbagi ilmu dengan sekolah lain, mulai dari bangunan hingga potensi guru dilatih, pembinaan oleh PT. Astra dilakukan dari tahun 2006 hingga 2011, “Mereka memang tidak main main,” katanya.

Marda menilai, pembelajaran yang diberikan kepada siswa tidak hanya terbatas pada penilaian pengetahuan, juga pentingnya menilai sikap, etika dan moral. “Hal tersebut dimulai dari pembiasaan, jika sudah bagus akhlaknya, ilmu dan lainnya akan mengikuti,” ucapnya.

Selain itu, SDN Percontohan juga menerapkan disiplin bagi siswa dan guru. Para siswa memulai kegiatan sejak pukul 07.15 wib, dengan membaca ayat-ayat pendek dan doa. Guru juga memberikan target untuk menghafal Al-quran sejak kelas satu. Hingga ketika mereka kelas enam, dapat menghafal hingga dua sampai tiga juz Al-quran.

“Kita menerapkan pelan tapi pasti, tidak memaksakan kepada anak-anak. Mulai dari ayat-ayat pendek,” ujar perempuan yang mengawali karir sebagai pendidik tahun 2000 ini.

Untuk menunjukkan keseriusan, anak-anak juga diberikan rapor hafiz. Berisi tandatangan dari guru pada ayat yang sudah berhasil dihafal. “Mereka terbiasa menyetor ayat kepada guru agama. Meskipun sekolah tidak membatasi hanya kepada guru agama saja untuk penyetoran hafalan,” kata Marda.

Sekolah juga menerapkan kegiatan literasi. Di luar bacaan buku pelajaran tentunya. Marda berharap, dari kegiatan tersebut dapat menumbuhkan kebiasaan dan minat baca sejak dini. Di bawah arahan Marda, sekolah mengadakan kerjasama dengan perpustakaan daerah untuk pengadaan buku bagi program literasi. Hal ini sesuai dengan program Permendikbud Nomor 23 tahun 2015, tentang Budi Pekerti dan Peraturan Presiden (PP) Nomor 87 tahun 2012, tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

“Sebenarnya sudah ada aturannya, lagi-lagi ini masalah pembiasaaan dan kemauan,” ujarnya.

Kegiatan literasi dilakukan dengan membaca, kemudian anak-anak menulis apa yang mereka baca menggunakan bahasanya sendiri. “Bisa satu atau dua paragraf saja, tidak perlu banyak, yang penting konsisten,” terangnya.

Agar lebih variatif dan menyenangkan, kegiatan literasi juga dilakukan dengan menceritakan kembali kepada teman-teman apa yang mereka baca. Timbul rasa bangga kepada siswanya, terkadang tanpa dibina guru pun mereka melakukan kegiatan literasi secara mandiri.  Pemandangan anak-anak berkumpul di perpustakaan atau di ruangan dan melakukan kegiatan literasi tanpa seorang guru sudah terbiasa di sekolah tersebut.

“Guru tidak ada, tapi mereka telah memiliki kesadaran sendiri,” ujar Marda bangga.

SDN Percontohan Meulaboh kini menampung 626 siswa dan telah terakreditasi A. Setiap tingkat memiliki empat kelas, kecuali kelas enam yang hanya tiga kelas. Alumni sekolah tersebut lebih mudah diterima di sekolah-sekolah favorit.

Namun ada satu hal yang disayangkan oleh Marda, mengenai pembebasan lahan untuk stadion olahraga. Dulu PT. Astra ingin membangun stadion besar untuk sekolah, namun terkendala pada pembebasan lahan.

“Sekarang siapa yang bangun?” tanyanya penuh sesal.

Marda sangat berharap generasi muda Aceh memiliki mental yang baik, karakter yang baik dan berakhlakul karimah. “Ketika akhlaknya baik, semua akan didapatkan, dunia dan akhirat. Membentuk karakter yang susah,” ungkapnya.

“Intinya kita harus melakukan pembiasaan yang baik sejak dini, untuk dunia yang serba canggih dan anak-anak yang sudah gandrung dengan gadget sejak dini, pendidikan tidak bisa lepas dari agama,” sambungnya.

Menurut Marda, tantangan terberat bagi seorang guru adalah harus memiliki kemampuan dalam memadu dan mengkombinasi antara ilmu pengetahuan dan agama, agar dapat diterima oleh siswa. Ia mencontohkan, adap makan dan minum dalam Islam, melarang seseorang makan atau minum sambil berdiri. Hari ini, hal tersebut dapat dibuktikan secara ilmiah. Penjelasan secara ilmiah ini sangat penting untuk logika anak-anak. Terkadang juga praktik sederhana sangat membantu memberikan pemahaman kepada anak didik.

“Bukan hanya 1 + 1 =2, namun yang terpenting adalah proses yang dilalui,” ujar lulusan Universitas Terbuka (UT) ini.

 

Aktifitas siswa SDN Percontohan Meulaboh. (Foto: Aceh.tribunnews/Rizwan)

 

Marda menilai, siswa SDN Percontohan merupakan pribadi yang berani tampil, kreatif dalam berkarya. Mereka juga menjuarai Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), pusisi, hingga menyanyi. Bahkan mewakili Aceh dua tahun berturut-turut bidang olimpiade Fisika pada 2014 2015 di Bali.

Setiap Jumat, anak-anak mengadakan ceramah dan mengaji. Guru hanya mendampingi. Sabtu menjadi pagi ceria bagi mereka. Mengawali pagi dengan olahraga dan gotong royong, sebelum belajar seperti biasa. Selain itu, sekolah juga menerapkan berbagai jenis pelajaran ekstra kurikuler (ekskul). Mulai dari Bahasa Inggris, drumband, paramuka, pencak silat, tarian, olimpiade dan sebagainya. Sebagian besar pelatih didatangkan dari luar.

“Dan jangan memaksakan anak-anak dengan hafalan. Belajar tidak mesti di kelas,” ucap perempuan kelahiran 1973 tersebut.

Meski telah dilengkapi dengan fasilitas teknologi informasi, namun siswa tidak diizinkan membawa handphone (HP) ke sekolah. “Hanya hari Sabtu mereka boleh membawa HP ketika kegiatan ekskul, dan penggunaan Wifi juga dibatasi untuk anak-anak,” ujar perempuan berkulit putih itu.

Senada dengan Mardawati, Asnidar yang telah menjadi tenaga pendidik sejak sekolah tersebut masih berstatus SDN 22, tepatnya tahun 2003, hingga menjadi SDN Percontohan, merasakan perubahan yang cukup signifikan terhadap perkembangan sekolah tempatnya mengabdi.

Menurutnya, PT. Astra tidak hanya membenahi sekolah tersebut secara fisik, namun juga melakukan pembinaan secara berkelanjutan terhadap sumber daya manusianya. Termasuk memberikan pelatihan kepada guru-guru di sekolah tersebut.

 

Esktrakurikuler siswa SDN Percontohan Meulaboh. (Foto: youtube/Nasrun Nasotion)

 

Selain berbagai mata pelajaran dan ekstra kulikuler, salah satu bidang yang mendapatkan perhatian serius adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Di sekolah ini terdapat UKS yang berjalan dengan baik, bahkan pernah mendapatkan penghargaan UKS terbaik tingkat provinsi. Asnidar bahkan dilatih langsung oleh Danish Red Cross (Palang Merah Prancis) dan mendapatkan sertifikat.

“Guru yang bertugas di UKS telah mendapatkan pelatihan selama setahun,” terangnya.

Sejak UKS terbentuk, Asnidar bertugas menyiapkan segala hal menyangkut administrasi. Meski begitu, ia tetap merujuk anak-anak ke rumah sakit. Berbagai program dilakukan UKS SDN Percontohan Meulaboh. Mulai dari kegiatan pembersihan telinga, pemeriksaan gigi hingga pemeriksaan lengkap bagi siswa, termasuk bulan imunisasi selalu rutin dilaksanakan. Kegiatan tersebut bekerjasama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat.

Dalam menjankan aktivitasnya, UKS dibentuk dengan pembagian Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) UKS.  Di antaranya dokter kecil, yang dipilih oleh sekolah. Selain itu juga ada polisi sampah, yang menjaga kebersihan. Mereka juga mendapatkan pelatihan langsung dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Agar tidak membosankan, UKS melaksanakan kegiatan belajar akhir bulan di laut sambil membersihkan pantai. Biasanya dilakukan di Minggu keempat tiap bulan.

“Biasanya yang bertugas di UKS adalah anak-anak kelas empat hingga kelas enam,” jelas Asnidar.

Ia menilai, anak-anak di sekolah tersebut juga sudah dibiasakan berani tampil. Publik speaking telah dilatih dengan baik. Ceramah agama dilakukan langsung oleh anak-anak kelas empat hingga enam, didampingi oleh guru masing-masing.

Sebagai guru Agama, Asnidar cukup bangga dengan keberhasilan siswanya mengahfal Al-quran. Program tahfiz yang dilaksanakan sekolah tersebut, juga berjalan dengan baik. Sekolah menargetkan 3 juz sampai mereka menyelesaikan pendidikan. Rata-rata siswa dapat menyelesaikan hingga dua juz.

Kedisiplinan menjadi hal utama di SDN Percontohan Meulaboh. Tidak hanya siswa, peraturan juga berlaku bagi guru. Guru yang terlambat lima menit tidak diizinkan masuk, atau pun jika diberikan izin, wajib masuk melalui pintu depan. Itu akan memberikan efek malu, sehingga tingkat kedisiplinan guru semakin meningkat.

“Karena hal tersebut sudah disepakati bersama. Jadi wajib dijalankan,” ujar Asnidar yang memulai karir mengajar sejak tahun 1996.

Perempuan dengan tutur lembut kelahiran 1967 ini, memiliki tiga anak. Dua di antaranya merupakan alumni SDN Percontohan Meulaboh. “Sekolahnya dekat dengan rumah, dan berkualitas memang menjadi favorit orang tua,” ucap ibu guru yang hari itu menggunakan jilbab syar’i dengan motif bunga-bunga.

***

JALAN berkelok menuju Padang Sikabu, sekitar 43 Km dari Kota Meulaboh. Kebun sawit berjejer di kiri kanan jalan. Hendi Widjajanto, yang telah bekerja 22 tahun 8 bulan untuk Perusahaan Astra menyambut Basajan.Net dengan ramah. Sebelum menjabat Community Development di Karya Tanah Subur (KTS) Meulaboh pada 2013, ia bekerja di perusahaan perkebunan Astra bidang perkebunan di Jambi selama 18 tahun.

“Bantuan sekolah itu merupakan Program Satu Indonesia dari Nurani Astra. Orientasinya memang kelas internasional, yang pengelolaannya di bawah PT. Astra dari 2006 hingga 2011. Kemudian diserahkan kepada pemerintah daerah pada 2012,” ujar lelaki berkulit putih itu membuka pembicaraan.

Setelah dibangun dan dibina dari tahun 2006 hingga 2011, Rabu 7 November 2012, PT Astra International Tbk menyerahkan gedung sekolah dan sarana pendidikan SDN Percontohan Meulaboh, hasil rekonstruksi pasca bencana tsunami kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat. Penyerahan dilakukan oleh Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto kepada Bupati Aceh Barat Teuku Alaidinsyah. Disaksikan Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Ekonomi dan Keuangan Prof. Jasman Ma’ruf, SE, MBA, Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Aceh Drs. Adami Umar, M.Pd, Pendiri Arief Rachman & Associate Prof. Arief Rachman M.Pd serta para direksi dan eksekutif Astra.

Selain serah terima gedung sekolah dan fasilitas pendidikan, pada acara tersebut juga diserahkan beasiswa tahun ajaran 2013 secara simbolis untuk 220 siswa SDN, SMP dan SMA di Meulaboh oleh Direksi Astra lainnya, yaitu Djoko Pranoto, Widya Wiryawan dan Sudirman MR. Total beasiswa yang diberikan adalah Rp 254.100.000.

“Itu salah satu sumbangsih Astra berbentuk fisik pada saat tsunami. Selain itu juga ada pembinaan guru untuk peningkatan kualitas pendidikan pasca bencana. Kini sekolah tersebut menjadi aset pemerintah daerah. Semoga Astra tetap menjadi tonggak sejarah dan kenang-kenangan bagi Aceh,” tambahnya.

Menurut Hendi, bantuan pendidikan berbentuk sekolah itu sesuai dengan misi Astra dan catur dharmanya, yaitu menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara, memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan, menghargai individu dan membina kerjasama, senantiasa berusaha mencapai yang terbaik.

“PT Astra tidak hanya fokus pada rekonstruksi fasilitas pendidikan bersifat fisik saja, tetapi juga melibatkan upaya pengembangan mutu pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan,” ujar Hendi.

Astra mengucurkan sekitar Rp18 miliar untuk pembangunan serta program pendampingan dan pengembangan SDN Percontohan Meulaboh. Terdiri dari Rp11 miliar untuk pembangunan fisik, dengan ketahanan gempa 10 skala richter, serta sisanya untuk pendampingan selama enam tahun.

Meulaboh dipilih, karena saat itu masih minim bantuan. Khususnya bidang pendidikan. Hal ini disebabkan letak daerah ini yang cukup jauh dari pusat pemerintahan daerah di Banda Aceh. Selain itu keterbatasan fasilitas infrastruktur karena terputusnya jalan dan jalur komunikasi akibat bencana terdahsyat abad 21.

Terdapat tiga hal utama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pendidikan di Meulaboh, yaitu pembangunan sekolah beserta sarana dan prasarana pendidikan yang memadai sesuai standar nasional (hardware), pengembangan tenaga pendidik yang unggul dan juga pembinaan kesiswaan (brainware), dan pengembangan manajemen sekolah yang mengutamakan mutu, produktivitas, efisiensi dan efektiftivitas (software).

“Saat proses pembangunan hardware berlangsung, brainware dan software juga dikembangkan,” jelas Hendi.

Pembinaan diterapkan pada beberapa hal, antara lain profesionalisme, tata kelola atau manajemen sekolah, kualitas kepala sekolah, tenaga pendidik (guru) dan tenaga administrasi sekolah. Kualitas peserta didik serta partisipasi seluruh civitas sekolah, yaitu guru, siswa, orang tua siswa, pemerintah setempat maupun masyarakat sekitar. Pelaksanaan brainware dan software dibagi dalam sistem semester, karena sistem ini akan memudahkan tim untuk melakukan pengawasan dan evaluasi tingkat keberhasilan dan mencari solusi pada setiap hambatan yang ditemui di setiap semester.

“Memang Astra sangat concern di bidang Coorporate Social Responsibility (CSR). Untuk CSR Karya Tanah Subur (KTS), fokus pada bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi, sosial budaya,” ungkap Hendi.

Untuk bidang pendidikan, perusahaan memberikan beasiswa kepada siswa di sekolah binaan di seputaran perusahaan (Ring 1).  Memberikan workshop dan pelatihan kepada tenaga pendidikan, dengan mendatangkan pemateri dari Jakarta.

Di bidang kesehatan, melakukan program revitalisasi posyandu, memberikan imuniasai untuk ibu hamil, lansia, makanan tambahan untuk bayi dan anak anak. Bagi desa yang tidak memiliki Posyandu, juga diberikan Posyandu kepada desa tersebut.

“Kadernya langsung dari masyarakat. Konsultan kita datangkan dari luar, kerjasama dengan Dinas Kesehatan,” terang Hendi.

“Kita tidak hanya memberikan hard ware, namun juga soft ware. Melalui training kader, bagaimana mengelola Posyandu dengan sebaik-baiknya,” ucap lulusan Politeknik Pertanian, Jember tahun 1991 ini.

Selain itu, juga terdapat program Income Generating Activity (IGA), pemberdayaan masyarakat dalam budidaya kelapa sawit. Hendi menjelaskan, bagi warga yang kebun sawitnya tidak terurus, diberikan bibit oleh perusahaan. Bibit itu berbentuk pinjaman dari perusahaan yang terikat MoU. Dengan membayar angsuran setelah panen. Di bidang bisnis, mengembangkan potensi masyarakat, misalnya dengan peternakan bebek di Peulanteu, anggotanya ibu-ibu kader.

“Rencananya akan di launching pada Januari 2018,” ujar Hendi.

Untuk bidang sosial budaya, perusahaan membina sanggar seni, terutama rapai, ranub lampua dan tarian khas Aceh lainnya. Mereka sudah mengikuti festival hingga tingkat kabupaten. Jika ada tamu kehormatan, sanggar tari binaan tersebut yang menyambut tamu. Rencananya tahun 2018 akan diadakan event dan KTS sebagai penyelenggara.

““Kita mencoba menjaga kearifan lokal, karena kita melihat banyak potensi, dan mereka membutuhkan pembinaan, keberadaan perusahaan dapat berkontribusi untuk masyarakat,” jelas lelaki kelahiran 10 Juni 1972 itu.

Perusahaan KTS mengikuti aturan pemerintah, yaitu deforestasi. PT KTS tidak membuka lahan baru, hanya melakukan peremajaan terhadap kebun yang sudah ada sejak tahun 1990-an. Manajemen memang mendukung aturan pemerintah. Untuk lingkungan, mereka sudah  mendapatkan propen hijau. Kaidah-kaidah regulasi pemerintah terhadap lingkungan.

KTS juga mendapatkan keamanan pangan HACCP, (Hazard Analysis & Critical Control Point) sebuah metode terstruktur yang dikenal secara internasional, membantu organisasi industri makanan dan minuman untuk mengidentifikasi risiko keamanan pangan, mencegah bahaya dalam keamanan pangan dan menyampaikan kesesuaian hukum untuk CPO dan kernel yang diproduksi.

Safety sangat diperhatikan, karena no safety no production,” tegas pria berkacamata itu.

Hendi tinggal di perkebunan bersama isteri dan tiga anaknya. Tiap hari libur, ia menyempatkan diri ikut klub sepeda di Meulaboh. Putera pertamanya sekolah di SDN Percontohan bantuan Astra.

“Karena sebagai karyawan Astra, kita merasakan kebanggaan tersendiri ketika anak-anak sekolah di sana,” tutupnya. []

 

WARTAWAN: MELLYAN

EDITOR: JUNAIDI MULIENG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.