Pementasan Sidalupa saat itu masih terbatas di wilayah Woyla, Bubon dan Samatiga. Tahun 1960-an, Sidalupa masih menggunakan kostum yang dikreasikan dari daun pisang kering (Oen Keureusong). Untuk bagian wajah, juga masih menggunakan bahan yang tersedia di alam, yaitu jantung pisang yang dibuatkan lubang untuk hidung, mata dan mulut. Terlihat seperti memakai topeng.

Dengan teknologi rumah tiram, menggunakan media sederhana seperti pipa, semen, besi hingga ban bekas, kini bertani tiram tidak lagi sulit. Apalagi cara tradisional, berendam di sungai berjam-jam lamanya untuk mencari tiram, dapat membahayakan kesehatan, Terutama kesehatan reproduksi. Sebagian nelayan tiram adalah perempuan. Hasil panen dari rumah tiram juga lebih higienis dan sehat. Tidak lagi mengandung logam berat.

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.