Akademisi UIN Ar-Raniry Usul Kampus di Aceh Bentuk Pusat Studi Lintas Negara

oleh -200 views
Abdul Rani Usman. Foto: (BASAJAN.NET/NAT RIWAT).

BASAJAN.NET, Banda Aceh- Akademisi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Abdul Rani Usman mengusulkan agar kampus yang berada di Aceh membentuk Pusat Studi Lintas Negara.

Lembaga tersebut nantinya akan berfungsi sebagai yang khusus meneliti tentang komunikasi antar budaya, perilaku dan hal lain dari kehidupan masyarakat dari berbagai Negara.

Menurut Abdul Rani, keberadaan Pusat Studi Lintas Negara terasa penting, mengingat Indonesia-Aceh merupakan negara transit, terutama bagi para pengungsi atau pencari suaka.

“Khususnya yang telah terjadi beberapa kali dari etnis Rohingya, dan ini merupakan masalah bersama yang harus kita hadapi,” ujar Abdul Rani, saat mengunjungi lokasi penampungan pengungsi etnis Rohingya di BLK Desa Mee Kandang, Lhokseumawe, Selasa, 27 April 2021.

Abdul Rani mengatakan, selama ini pengungsi etnis Rohingya yang terdampar, tinggal di Aceh dalam jangka waktu lama, sebelum mereka dipindahtempatkan ke wilayah Sumatera Utara. Selama di penampungan, mereka belajar tentang komunikasi antar budaya, adat istiadat dan keagamaan.

“Mereka juga belajar tentang sopan santun atau etika kehidupan masyarakat aceh,” sambungnya.

Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh itu menambahkan, selama berada di Aceh, etnis Rohingya sangat nyaman berkomunikasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan ada beberapa kesamaan kepercayaan, budaya dan juga dari segi makanannya.

“Kami berkesempatan mengunjungi para pengungsi pada acara perpisahan mereka dengan lembaga terkait seperti UNHCR, IOM, Yayasan Getanyo, PMI, ACT, tim dari Pemerintah, serta masyarakat sekitar, pada kesepatan itu juga kami mengantar paket bantuan dari Pensiunan Bank Aceh,” kata Rani.

Ia berpendapat, ke depan setiap kampus harus memiliki Pusat Studi Lintas Negera (PSLN), atau lebih dikhususkan kepada Pusat Studi Penanganan Pengungsi (PSPP). Lembaga tersebut untuk meneliti dan mengkaji berbagai hal dari perspektif akademisi, dalam rangka melahirkan format yang baik dalam memberikan pelayanan dan melakukan pembinaan terhadap pengungsi.

“Akademisi memerlukan konsentrasi pembinaan pengungsi, sebab di Aceh hampir setiap tahun ada pengungsi, terutama wilayah yang rawan bencana dan juga pengungsi yang datang dari luar,” jelasnya.

Abdul Rani mengungkapkan, banyak hal yang dapat dikaji tentang penanganan pengungsi, antara lain pola komunikasi yang dilakukan, pembinaan bagi korban, trauma healing bagi anak-anak serta pendampingan. []

 

 

EDITOR: JUNAIDI MULIENG

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.